0.32 | scheat

915 30 32
                                    

—0.32
Jev, gue cuma berharap lo nggak ngerasain
sakit lagi.

32Jev, gue cuma berharap lo nggak ngerasainsakit lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue ikut lo ya!"

Jevan baru saja membuka pintu mobil. Sudah mengantarkan Ramira sampai depan apartnya. Menyapa Lala juga. Tidak bisa berlama-lama di sana seperti yang Jevan bilang pada Ramira tadi. Karena ada yang harus Jevan lakukan dan Jevan lupa.

Dan di sinilah Jevan. Basement apart Ramira, ingin cepat-cepat pergi. Tetapi ia malah menemukan Aludra yang sekarang sudah berada di dalam mobilnya, sudah memakai seatbelt juga. Jevan menahan untuk tidak mengumpat.

"Kak Aludra, plis gue lagi buru-buru," ujar Jevan saat sudah berada di dalam mobilnya itu. Melihat ke arah Aludra yang justru terlihat semakin terlihat nyaman berada di kursi penumpang.

Aludra menoleh ke arah Jevan juga. "Alterio, kalo lo lagi buru-buru, yaudah cepetan jalan." Berbeda dengan Jevan, Aludra merespons ucapan Jevan dengan santai sekali.

Fak!

Jevan mengembuskan napas pendek. Waktunya tidak banyak. Menyahuti ucapan Aludra akan membuatnya telat. Mami nya jangan sampai kecewa lagi. Jangan sampai marah lagi pada Jevan. Jadi, Jevan harus menuruti keinginannya, 'kan? Jevan berpikir itu bukan paksaan kok. Karena dari awal Jevan yang mau sendiri.

Mulai mengemudikan sedan hitamnya itu menjauh dari apart Ramira, Jevan memilih diam sepanjang perjalanan.

Dan ya, Aludra benci saat Jevan seperti tidak menganggapnya ada, maka Aludra mengeluarkan suaranya kembali. "Lo nggak mau tanya kenapa gue ada di apart Ramira?" Memerhatikan Jevan yang fokus mengemudi. Diam-diam menyingkirkan semua perasaannya jauh-jauh.

"Menurut lo, itu penting buat gue, Kak?" Tanpa melihat lawan bicaranya, Jevan menanggapi apa yang Aludra katakan. Berusaha untuk bersikap tenang.

"Iya. Lo harusnya nanya, biar lo tau apa yang gue temuin."

Sudut kiri bibir Jevan terangkat sedikit. Menahan untuk tidak tertawa ketika mendengar itu. "Entah sejak kapan gue udah nggak percaya lagi sama lo."

"Alterio, kata-kata kayak gitu seharusnya gue yang ngomong."

Jevan manggut-manggut. Hanya itu. Tidak ada di dalam kepalanya kalimat yang harus dikeluarkan kepada Aludra lagi.

Melihat reaksi Jevan, tentulah Aludra meresa jengkel. "Mau sampe kapan?"

Selalu pertanyaan yang sama. Seperti Aludra akan berhenti ketika Jevan sudah memberikannya jawaban.

4.1 | starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang