5 - Similar Stubbornness

4.3K 202 38
                                    

"Flight Attendant, door closed, arm slide, and report." Suara Arka menggema di seluruh penjuru kokpit maupun kabin pesawat. Hari ini ia sudah harus memulai aktivitasnya seperti biasa, yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan mesin maupun atribut pesawat.

Lelah? Pasti. Pun ia senang karena dengan lelahnya itu, ia mampu membantu orang-orang sibuk untuk segera menuntaskan pekerjaannya. Ya, walau banyak juga yang ia antar hanya untuk sekadar berlibur.

"Door closed, slide armed, and crosscheck," sahut salah seorang pramugari, yang diyakini telah memastikan pintu pesawat telah tertutup dengan aman.

"Cabin ready for takeoff," lanjutnya lagi, membuat Arka selaku kapten dalam penerbangan Jakarta menuju Perth petang ini menganggukan kepala.

"Okey, well be prepared," tukasnya yang lalu menengadah berdoa kepada sang Maha Kuasa, meminta agar perjalanannya dilancarkan, dan tidak terjadi kendala yang berarti. Setelah mengusapkan kedua tangan ke depan wajah, ia edarkan pandangan menatap Gilang, co-pilot yang sedari tadi ada bersamanya.

"Ready, Lang?"

Gilang mengangguk lalu menjawab, "Ready, Captain!"

Arka tersenyum, menyatukan tinjunya dengan tinju tangan Gilang.

"Okey, Brother, we're ready to go!" serunya lantang seraya mengaktifkan beberapa tombol yang terdapat di depannya.

"Bismillahirahmannirahim."

Arka bergumam, dan tanpa dirasa pesawat telah berjalan, siap menunggu giliran untuk melayang meninggalkan lapangan tinggal landas.
.
.
Reina Bulan Selkasa, polisi cantik yang tak jarang orang juga menyebutnya sebagai polisi berparas imut, terkenal sangat ramah pada siapapun. Bekerja menjadi seorang pengabdi negara memang tidak semudah yang terlihat. Mungkin sebagian orang awam akan beranggapan jika menjadi seorang polisi, kita jadi bebas mengatur, mendapatkan uang gelap, pun jika pangkat polisi itu sendiri sudah tinggi, mereka bisa lebih mudah menyuruh anak buah mereka melakukan suatu hal diambang kata wajar.

Namun, lain ceritanya dengan sosok Reina. Walaupun pangkatnya sudah tidak bisa dianggap rendah lagi. Ia akan tetap berpegang teguh pada satu prinsip. Tabiatnya memang suka mengatur. Tapi, percayalah, jika ia mengatur dalam hal kebaikan. Jauh dengan sifat yang menyalahgunakan kekuasaan. Malah rekan-rekan ataupun atasan, tak segan ia tegur saat ketahuan melakukan hal merugikan.

Reina, komandan cantik, baik, imut, pintar, dan selalu memegang teguh makna keadilan!

Seperti itulah seruan yang sering dilontarkan oleh rekan-rekan sejawat polisi cantik tersebut. Membuat Reina, sang empunya nama hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Stttt ... ngerumpi aja terus, orangnya gak ada ini," interupsi Reina, membuat polisi-polisi tampan yang sedang duduk melingkari meja pun seketika terdiam.

"Eh, ada Komandan. Apa kabar, Ndan? Kok, gak kelihatan sih datangnya," seloroh Rafa dengan cengiran khasnya.

Mata Reina mengerling. "Alhamdulilah, baik. Gak kelihatan apa kalian keasyikan ngerumpiin saya?"

Ketiga polisi berbeda angkatan itu saling tatap.

"Ah, salah dengar kali, Ndan. Orang kita lagi bahas Ibu Menteri."

"Iya benar, kuping komandan lagi bermasalah mungkin? Jadi gak dengar apa yang kita bahas tadi." Faiz menimpali.

Mata Reina menyipit.

Jelas-jelas ada namaku tadi, pake acara gak mau ngaku lagi. Dasar lelaki tukang rumpi!

"Benar nah?"

The Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang