40. A Blurr

266 37 23
                                    


Pernahkah kalian merasa asing di tengah-tengah keluarga sendiri? Kuharap tidak. Kuharap kalian tidak pernah merasakan hal itu meskipun hanya sekali. Rasanya sangat—entahlah, aku merasa paru-paruku sesak sekali.

Merasa asing di tengah keluarga sendiri dan keluarga asing yang kini duduk di meja yang sama dengan keluargaku. Menyedihkan.

Terlebih ketika melihat Eomma berbincang dengan wanita yang duduk di seberang, tertawa kecil, terlihat bahagia. Begitu pun dengan Appa yang kini tengah bersemangat membicarakan bisnisnya di Inggris dengan pria yang duduk di depan Eonni.

Eonni.. dia yang selama ini selalu kuharapkan bisa menjagaku dan melindungiku pun hanya diam tidak mengucap barang satu kata. Air mataku rasanya ingin kembali luluh. Kurasa aku berhak untuk marah padanya, tidakkah harusnya dia bisa bicara dengan Appa? Setidaknya membelaku? Appa lebih mau mendengarkannya daripada mendengarkanku.

Ah sialan! Bisakah seseorang membawaku pergi dari sini? Rasanya muak sekali.

"Apa Yeseul memang pemalu? Kenapa gadis secantik ini harus menunduk dan menyembunyikan wajah cantiknya?" Suara tawa pria yang kutaksir seumuran appa itu terdengar renyah, mengajakku bicara.

Eomma tertawa kecil, mengelus rambutku. "Maaf, Yeseul kami memang sedikit pemalu."

Yeseul kami. Dalam hati aku tertawa getir.

"Tidak apa-apa, mungkin karena ini pertemuan pertama. Ahh puteraku sudah kembali. Kemari, nak." Suara wanita cantik itu kembali terdengar, disusul suara langkah kaki bersepatu yang kian mendekat. Debaran jantungku terasa lebih cepat dari debar normalnya.

"Maaf menunggu— Han Yeseul?"

Seketika jantungku terasa berhenti berdetak. Suara itu. Aku kenal sekali. Suara yang sudah sering kudengar. Saat itu juga kepalaku mendongak. Mataku membulat saat menatap wajah tampan pemuda berkemeja putih yang masih berdiri di samping kursinya.

Matanya membulat sama sepertiku. Bedanya, aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan ketika aku rasanya ingin melompat turun dari atap restoran ini sekarang juga.

Ini benar-benar gila!

"Nah, benar kan hyungnim.. Mereka berdua sudah saling kenal." Pria paruh baya itu kembali buka suara ketika melihatku dan putranya diam, saling menatap dengan pandangan tidak percaya.

Sekon berikutnya mataku beralih menatap pria itu. Oh Lord. Aku benar-benar merutuki kebodohanku yang bahkan selalu tidak bisa mengingat ataupun berpikir dengan baik ketika sedang dalam keadaan seperti ini.

"Tidak perlu berkenalan bukan? Kalian sepertinya sudah saling mengenal. Benar kan, Yeseul-ah?" suara Appa kembali membawaku ke kenyataan, tertawa bahagia dengan suara berwibawanya bersama pria paruh baya yang kukenali sebagai direktur dari Kyungsan Academy dan yayasannya.

"Jungkook-ah, duduk nak." Suara wanita yang duduk di seberang eomma kembali terdengar. Dia menepuk pelan lengan Jungkook yang masih terdiam mematung.

Ya, itu Jungkook. Jeon Jungkook yang kukenal. Berandal nomor tiga dan tukang pukul di Kyungsan.

Dia menarik pelan kursinya, matanya tak lepas dariku sejak pertama kali bertemu dengan milikku. Sama sepertiku. Kami saling tatap mencoba mengetahui isi kepala masing-masing hingga akhirnya suara Appa menginterupsi.

"Yeseul-ah, kau pasti sudah mendengar tentang Jeon Jaemyung ahjusshi, bukan? Dia adalah direktur utama yayasan Kyungsan dan Academy tempat kau bersekolah. Itu Kim Sookyung ahjumma, dan tentu saja kau pasti mengenal putranya, Jeon Jungkook yang tampan."

The Troublemakers (bts & svt & nct)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang