42. A Chaos

436 50 38
                                    


Halouw.... ada yang kangeeeeeen???
so sorry ya lama updatenya
Ada banyak hal yang menghambat, jadi nggak bisa next dari kemarin-kemarin
Tapi finally, here you are guys :))

Happy reading :*

***

"Oh, Yeseul-ah. Sudah bangun?"

Adalah kalimat pertama yang kudengar setelah lima menit lalu aku terbangun. Pertama kalinya dalam delapan belas tahun hidup, aku tidur dengan seragam lengkap tanpa mandi terlebih dulu.

Setelah Taehyung kembali ke kamarnya, tanpa berbicara pada Haerin maupun Eunbi aku langsung masuk ke dalam kamar dan tertidur dengan cepat. Kurasa beberapa hal yang tidak berjalan baik akhir-akhir ini membuatku stres.

"Kau terlihat tidak sehat sejak kemarin." Kembali suara Haerin kudengar. Mengusik lamunan.

"Gwaenchana." ujarku pelan. Menambahkan senyuman agar Haerin yang terlihat khawatir sedikit yakin dengan ucapanku.

"Mana Eunbi?" aku menambahkan, bertanya padanya tepat ketika dia akan kembali bersuara.

"Perpustakaan. Dia akan ada di sana sampai tugas Miss Nana selesai. Kau yakin tidak apa-apa?"

Lee Haerin, masih saja. Selalu tidak bisa berbohong padanya. Namun rasanya aku tidak akan bisa mengatakan apapun saat ini. Kepalaku terasa panas. Tubuhku pun tidak terasa nyaman karena belum mandi dan masih berbalut seragam.

"Aku tidak apa-apa. Aku akan mandi dulu. Kau bisa tidur jika sudah mengantuk, Haerin-ah."

Dengan itu aku meraih handuk dan piyama di atas tumpukan cucian bersih dan segera masuk ke kamar mandi. Membiarkan air dari shower mengguyurku dari ujung kepala. Kuharap bisa sedikit mendinginkan pikiranku.

Musim semi memang selalu bersahabat untukku. Cuaca malam ini sama sekali tidak membuatku menggigil bahkan ketika aku mengguyurkan air dingin pada pukul sepuluh malam. Benar, sudah tiga jam aku tertidur, dan itu membuatku sedikit merasa lebih baik.

Kurasa mandi adalah pilihan bagus yang kuambil setelah bangun. Lima belas menit kemudian kubuka pintu kamar mandi setelah mengenakan piyama. Haerin masih duduk di atas kasurnya. Menyesap mug berwarna biru muda yang menguarkan aroma menenangkan dari teh hijau yang selalu kusuka.

Dia menoleh ketika mendengar pintu kamar mandi yang kubuka. "Kubuatkan teh hangat. Eomma mengirimkan sekotak teh hijau tadi pagi, oleh-oleh dari Jepang. Ini mahal, kau tahu? Jadi kau harus minum dan habiskan."

Aku tersenyum. Menyimpan handukku ke dalam pengering sebelum duduk di atas kasurku. Meraih mug putih yang ada di nakas, lantas mendekatkan bibir mugnya ke hidung. Menghirup aroma menenangkan yang menguar dari cairan bening kehijauan di dalamnya.

Bibirku secara otomatis tersenyum setelah menyesapnya sekali. "Enak sekali."

Haerin tersenyum. Kembali menyesap tehnya. Begitupun denganku. Berkali-kali menghirup aroma dan meneguknya membuatku merasa hangat dan lebih tenang.

"Mau bercerita?"

Pertanyaan itu terdengar begitu lembut. Seakan-akan jika dua kata itu adalah roti, adonannya sudah benar-benar diproses sedemikian rupa hingga roti itu terasa begitu lembut.

"Yeseul-ah." panggilannya membuatku mengalihkan pandangan dari mug yang kupegang ke matanya. Ada kelembutan dan ketulusan yang selalu dipancarkan di sana. Haerin tersenyum pengertian sebelum melanjutkan, "Bukankah kita sudah berjanji, tidak ada rahasia di antara kita?"

The Troublemakers (bts & svt & nct)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang