16. Windy Tale

625 82 12
                                    

Penghujung musim panas, menurut prakiraan cuaca malam ini harusnya sejuk dan lumayan dingin. Tapi lagi-lagi prakiraan cuaca tidak begitu bisa diandalkan, kenyataannya adalah malam ini panas sekali.

Aku tidak bisa tidur di udara sepanas ini, Eunbi dan Haerin sudah berkunjung ke alam mimpi dengan dibantu kipas angin.. uhh seandainya aku bisa, aku pasti sudah ikut mereka ke alam mimpi.

Tapi sayangnya aku tidak bisa berada di depan kipas angin terlalu lama, jadi.. di sinilah aku.. berjalan mencari angin di lorong yang sepi.

Belum terlalu malam, tapi gedung asrama dan gedung sekolah sudah sepi. Hanya ada dua tiga siswa berpapasan denganku, mereka mungkin baru pulang dari perpustakaan.

Tujuanku malam ini adalah lapangan sepak bola, rumput di sana sejuk, jadi kurasa berbaring sebentar menatap bintang bisa membantu.

Tak lama aku sampai di lapangan, berjalan ke tengah aku melihat sosok berbaju putih bercelana training hitam berbaring di tempat yang kuincar. Namja? Yeoja? Aku tidak terlalu bisa melihatnya karena sorot lampu di ujung lapangan tidak sampai ke tengah.

Kuputuskan berjalan pelan-pelan mendekati sosok itu. Dilihat dari postur tubuh besarnya, dia pasti namja. Yahh aku yakin itu.

Dan aku benar! Namja yang sedang tidur dengan jaket hitam sebagai bantal, dan kedua tangan dilipat itu adalah Jeon Jungkook.

 
 

Sedang apa dia di sini?
 
 

Aku berjongkok memperhatikannya lekat, uhhh wajah Jeon Jungkook itu adalah kombinasi sempurna dari tampan dan imut. Dia terlihat seperti kelinci saat diam seperti ini.

Diam-diam aku tersenyum mengagumi wajahnya. Namun senyumku tiba-tiba pudar saat matanya tiba-tiba terbuka dan kaget menatapku, refleks aku berdiri dan menjauh.

Jungkook mengubah posisinya menjadi duduk dan aku yakin dia menatapku saat ini.

"Han Yeseul?!" ucapnya.

Aku menoleh sekilas lalu kembali mengalihkan pandanganku, "Eoh, wae?"

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang baru saja kau lakukan?!" tanyanya setengah membentak.

"Aku? tidak melakukan apa-apa."

"Ya! aku melihat wajahmu di depan wajahku! Kau tidak berbuat macam-macam padaku kan?" ucapnya heboh, aku hanya menatapnya tidak habis pikir.

"Aku hanya penasaran dan ingin tahu siapa yang malam-malam berbaring di tengah lapangan, tidak usah terlalu heboh dan percaya diri." ucapku santai.

Jungkook masih bertahan dengan posisinya, duduk dan menatapku sedikit kesal karena mengganggu tidurnya. Tapi tunggu, aku tidak mengganggunya, aku bahkan tidak membuat suara sama sekali.

Yah terserahlah.
 
 

Aku memutuskan tidak menghiraukannya dan berbaring di sampingnya, jarak yang kuciptakan bahkan tidak ada satu meter. Ahh aku sudah terlanjur nyaman, jadi aku tidak bergerak menjauh atau memperlebar jarak kami.

Toh jika Jungkook ingin memperlebar jarak kami, dia pasti akan berbaring menjauh. Tapi di luar dugaan, Jungkook berbaring di tempatnya tadi, membuat jarak kami benar-benar tidak ada satu meter, mungkin hanya setengah meter.

Aku diam, menatap langit indah penuh bintang, hanya sejenak karena setelahnya aku memejamkan mataku, menikmati angin sejuk yang saat ini berusaha menghilangkan panas yang sejak tadi membuatku gerah.

"Ya! kau benar si gadis berambut merah itu?" tanya Jungkook setelah beberapa saat diam.

"Eoh." Jawabku pelan.

The Troublemakers (bts & svt & nct)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang