"Lah, kak udah balik?" tanyaku pada kakakku. Nama kakak perempuanku ini Lina, dia kelas tiga SMA, di SMA yang berbeda denganku. Aku pulang jam satu siang, dan kaget melihatnya pulang lebih dulu, biasanya, dia pulang jam dua atau jam tiga siang.
"Gurunya ada rapat, jadi pulang cepet" jawabnya. "Tadi aku masak nasi goreng lebih tuh didapur, kalau kamu mau makan sih" tawarnya. Sembari terus mengunyah semangkok pop-corn dipangkuannya.
"Wah, enak enggak nih?" ledekku.
"Iyalah, kalau enggak dicoba dulu, mana tau!!" ucapnya.
Aku tertawa. "Iya..iya" kemudian aku mencicipinya, wahh surprise enak sekali. "Enak, banget, tumben masak nasi goreng bisa seenak ini?" tanyaku. Karena kak Lina, adalah seorang pembuat nasi goreng beracun alias tidak enak.
"Siapa dulu dong" ucapnya bangga.
"Curiga aku"
"Hah, masih aja, kalau enggak mau udah kasih Faza aja" ucapnya.
Faza adalah adikku, dan juga adik kak Lina, laki-laki, masih SD kelas empat. "Belum pulang dia?"
"Dikamarnya main game" jawab kak Lina.
Papa masih kerja jam segini, dan kunci rumah biasanya dipegang oleh kak Lina dan aku, jadi, kunci rumah udah stand by bersama kami, karena kami tidak menggunakan jasa Asisten Rumah Tangga, jadinya apa-apa harus mandiri, dan saling kerja sama.
"Sekolahmu gimana?"
"Lancar" aku menjawab seadanya.
Dia bertanya seperti itu karena baru dua bulan aku masuk sekolah alias masih anak baru. Tapi untungnya aku cepat membaur dengan kehidupanku di SMA itu, jadi tidak terlalu sulit bagiku untuk bergaul dan menjalin pertemanan dengan yang lain, plus aku terpilih menjadi ketua kelas, sungguh, tanggung jawab yang besar. Sejenak, aku bangga dengan diriku sendiri.
"Udah punya pacar belum?" kembali kak Lina meledekku.
"Hah?" tanyaku pura-pura begok.
Dia tertawa cukup puas. "Iya... siapa taukan, udah ada cowok gitu yang kecantol kamu, atau kamu yang kecantol cowoknya?" lanjutnya, jika dia sudah mencercaku begini, bisa tiada henti, dan biasanya aku hanya diam, sambil mesem-mesem garing mendengar celotehannya.
Aku ikutan tertawa. "Aku mau Ta'aruf". Ucapku dengan nada penuh kelembutan.
Kak Lina tertawa. "Siapa yang mau ta'arufin kamu?" dan diakhiri dengan sebuah ledekkan menyakitkan bagiku, aku ambil bantal diatas sofa, kemudian kulempar kearahnya.
"Lama-lama Kak Lina nih kayak Lambe murah tau" kali ini aku meledek.
"Lambe... apa tuh?" tanya kak Lina, antara tahu tapi pura-pura enggak tahu, atau emang dia nggak se-update itu dengan dunia media sosial bangsa ini yang selalu sensasional.
"Itu, akun gosip di Instagram" jawabku.
"Oh, yang apa tuh, pakai kekuatan handphone tradisional bukan?" Ucap kak Lina.
"Hahaha, Handphone Jadul kak" ucapku membenarkan. Aku bukan orang yang doyan gosip, tapi melihat maraknya akun-akun gosip bertebaran di media sosial, aku iya... tak sengaja ikut-ikutan untuk menyelidikinya.
Dia tertawa. "Hahaha bener tuh" ucapnya. "Yaudah deh kamu salin gih, udah bau keringat juga nih ruang tamu" dan ya, sekali lagi dan lagi, celaan itu melayang padaku, sebagai seorang adik aku bisa apa? Melawannya balik, menggunakan sapu kemudian kupentung kearah kepalanya? Tidak mungkin kan. Jadi aku hanya bisa pasrah, sebagai junior, hanya sikap itu yang bisa aku lakukan.
*****
Saat makan malam bersama pun, kami masih tetep saja bercanda, meski Papa selalu memperingatkan kami untuk jangan main-main jika sudah berada dimeja makan, tapi emang dasar, kak Lina adalah orang yang iseng, dan korbannya selalu adik-adiknya, jika tak aku, maka Faza, sampai nama terakhir bisa nangis dibuatnya.
"Pa, Via udah punya pacar tuh" saut kak Lina pada Papa dan kembali dia meledekku.
Aku kaget sekaligus malu. "Wah, yang bener Vi?" tanya Papa.
"Hah, Enggak kok Pa, jangan didengerin, HOAX!". Bantahku. Jika aku lebih tua dari Kak Lina, mungkin sekarang aku sudah mengambil satu pot bunga diluar, kemudian kulemparkan kearah kepalanya hingga berdarah, tapi itu cuma imajinasiku belaka.
"Ah boong" ucap kak Lina menimpali.
"Kak..." ucapku pelan pada kak Lina. Dia tertawa, kemudian 'peace' katanya.
"Udah-udah, kok malah saling ngejek di meja makan, enggak baik" pinta Papa. "Lina, besok Papa pulang agak malam, kamu jaga adik-adikmu ya!"
"Siap Pa, emang sibuk di kantor Pa?"
"Iya, sibuk" jawab Papa. "Enggak apa kan Lin?"
"Ya Pa, tenang aja" jawab Kak Lina lagi.
Selesai makan bersama, aku langsung pergi kekamar, biasanya kalau PR sudah selesai, aku main laptop, atau buka internet, atau streaming Youtube, atau streaming liat film, pokoknya banyak banget deh aktifitas yang bisa aku lakukan jika sudah membuka laptop.
K
ebetulan hari ini adalah hari baikku, ada serial TV luar negeri yang sudah aku tunggu kemunculan episode terbarunya, dan akhirnya malam ini episode itu muncul, dan aku sangat exited untuk bisa menontonnya.
Asik-asik menonton aku dikagetkan dengan suara HP-ku yang berbunyi. Pesan masuk, atau lebih tepatnya chat masuk lewat WA. Aku membukanya, ternyata Siska yang mengirim, isinya adalah; Via, aku besok tidak masuk tolong ijinkan ya, love you. Ucapnya. Hah, sudah biasa, sebagai ketua kelas, titipan-titipan seperti ini adalah hal yang lumrah bagiku, jadi tugasku selanjutnya, memberitahukan pada Wali Kelas, dan Guru yang bersangkutan disertai bukti kongkritnya.
Aku membalasnya; Ijin apa bolos woi?. Balasku. Kemudian dia membalasnya lagi; ijin beneran. Aku hanya tertawa saja melihatnya.
*****
[Telah di perbarui 2020]
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta SMA [TAMAT]
Teen Fiction"Hei" sapanya. Aku tidak menjawab, aku cuek saja. "Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit. "Iya?" jawabku. Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...