21 : Mereka berbeda

3.1K 80 2
                                    

Aku mengendari sepeda motorku pagi ini, hari ini minggu, aku pagi-pagi buta sekitar pukul empat pagi, sudah pergi untuk menemui Naya, dan semoga saja tidak ada mata-mata yang mengawasiku untuk bertemu dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengendari sepeda motorku pagi ini, hari ini minggu, aku pagi-pagi buta sekitar pukul empat pagi, sudah pergi untuk menemui Naya, dan semoga saja tidak ada mata-mata yang mengawasiku untuk bertemu dengannya.

Sesampainya disana, aku duduk disamping pusarannya, dan mengelus nisannya. "Maap lama tak bertemu, ada masalah" ucapku. "Nay, saya ingin cerita, sepertinya saya terlalu lama mengatakan perasaan saya hingga dia ternyata sudah di tembak dulu oleh seseorang" ucapku. "Jadi apakah saya harus melupakannya?"

Sepi dan sunyi. "Oh, tidak boleh, okelah" ucapku. "Oh ya, Nay maap masih belum bisa membaca suratmu, masih tidak ada waktu, masih—" kuterdiam sejenak. "Nay" aku mengenggam tanah kuburnya. "Rindu Nay!" ucapku, kuteteskan air mata. "Coba kita punya wakut lebih lama, dan saya juga punya waktu untuk ungkapin perasaan saya denganmu" ucapku.

"

Aduh" seseorang melemparkan batu kecil padaku. Aku menoleh dan melihat Maya berdiri dibelakangku. "Resek" ucapku.

"Habis nangis?" ledeknya.

Aku usap air mataku itu. "Ih, enggak" bantahku, karena aku tidak mau terlihat cengeng dihadapan Maya. "Ngapain kesini?"

"Melakukan aktifitas yang sama dengamu" ucapnya. "Gantian, aku mau menyapanya" pintanya, aku mundur dan Maya maju menaburkan bunga kemakam Naya, dan berdoa sejenak. Aku melihat sekitar, kulihat Navia sedang berada di pemakaman, kupandangi terus, melihatnya menuju kesalah satu pemakan.

"Liat siapa?" ucap Maya mengagetkanku.

"Eh, enggak" ucapku. "Udah selesai?" tanyaku.

"Udah, gilak pagi-pagi gini, kamu udah datang kesini?"

Aku tersenyum. "Saya juga mempertanyakan hal yang sama padamu" ucapku. "Kayaknya saya udah telat May"

"Telat datang bulan?" ledek Maya.

"Dia udah ada yang nembak" terangku, kududuk bersama Maya sedikit jauh dari makam Naya.

"Kapan?"

"Kemarin"

"Dia nerima?"

"Masih belum jawab" ucapku.

"Sama Lan" ucap Maya.

"Sama apanya?" tanyaku.

"Sama, Naya juga enggak akan pernah bisa jawab, meski kamu ungkapin semua perasaanmu kedia tadi" jawab Maya. "Enggak usah belaga begok, aku tau dari tadi" lanjutnya kemudian tertawa.

Aku menghela nafas. "Naya itu beda dengan dia May, Naya itu lebih spesial"

"Kalau Naya lebih spesial dari pada dia, berarti dia cuma jadi pelampiasan dong Lan? Jangan sejahat itulah, kasian dia" ucap Maya.

"Kok jahat sih, ya bukan pelampisan lah" bantahku.

"Kamu suka dengan Naya, Naya udah enggak ada Lan, sebagai gantinya kamu deketin dia, menganggap dia Naya dan mencoba menyukainya, itu kenapa perasaanmu masih belum bisa nerima dia karena kamu sadar kalau dia bukan Naya dan Naya bukan dia Lan" jelas Maya.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang