"Hei" sapanya.
Aku tidak menjawab, aku cuek saja.
"Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit.
"Iya?" jawabku.
Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku berjalan kearah sekolah sendiri hari ini, tiba-tiba seseorang menarik tanganku dari belakang, sontak aku berhenti dan menoleh padanya. Ternyata Alana yang tersenyum ketika melihatku. "Aku kira sudah mati?" ledekku padanya. Jujur, aku tidak bisa menyembunyikan perasaan senang yang muncul dari dalam hatiku ini. Aku kembangkan senyum termanisku untuknya.
"Berharap saya meninggal?" tanyanya, dia melepaskan genggamannya, kemudian kita kembali jalan bersama menuju arah Sekolah. "Jadi baik-baik saja ketika saya tak ada?"
Aku tersenyum remeh. "Emang aku selalu baik apa ketika kamu di Sekolah?" ledekku.
Aku terkekeh. "Banyak yang cariin Pak Wakil" ledekku lagi. "Sampai pusing aku ditanya-tanya terus" lanjtuku.
Dia tertawa. "Emang jadi siswa populer itu gitu, selalu di cari" jawabnya bangga. Aku hanya bisa tersenyum tipis. Melihatnya kembali ke Sekolah seolah membuatku kembali hidup, bisa mengobrol dan jalan bareng dengan dia saja sudah membuatku senang. Entah kenapa. "Pede banget" ledekku lagi.
"Eh..." dia memegang tanganku lagi. "Udah jadian ya sama Rendy?" tanyanya.
Aku dibuat kaku oleh pertanyannya. "Eh, enggak, aku enggak terima" jawabku apa adanya.
Dia kulihat tersenyum padaku. "Kenapa?" tanyanya.
"Kalau aku enggak suka ya kenapa dipaksa?" jawabku.
"Terus sukanya sama siapa?"
"Hah?" pipiku memerah, malu dibuatnnya. "Apaan sih, aku kekelas dulu" ucapku pergi meninggalkannya di gerbang sekolah. "Sial kenapa aku tiba-tiba malu ketika dia bertanya seperti itu?" gumamku. Aku tidak mau memikirkannya lebih lanjut.
*****
"Rendy di skors Vi" ucap Siska saat kami bertiga bersama Arman berada di kantin.
"Berapa lama?" tanyaku.
"Tiga hari" jawab Siska mantap. "Kamu enggak apa kan kemarin?" tanyanya.
"Enggak apa, tenang aja" jawabku santai.
"Serius Vi, kalau aku bertemu dengannya terus dia gangguin kamu, aku bakal hajar dia" jawab Arman yang memang semenjak aku ceritakan bagaimana Rendy itu, dia sudah menunjukkan gelagat tak sukanya.
"Udahlah Man, biarin aja, kan sekarang udah dihukum" jawabku.
"Oh ya Vi, sebentar lagi kan anak-anak kelas tiga udah pada lulus, ya, jadi enggak bisa deh ketemu sama Kak Jefri lagi" ucap Siska sedikit merengek.
"Apaan sih lebay Siska" ucapku. Benar juga, sebentar lagi Alana akan meniggalkan SMA ini, dan kemungkinanku untuk bertemu degannya semakin kecil. Ucapku dalam hati.
"Jadi kita naik kelas, dan ada junior baru, kita kerjain" ucap Arman nakal.