11 : Aneh

4.5K 128 0
                                    

"Via!" ucap seseorang memanggilku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Via!" ucap seseorang memanggilku.
Kubuka mata yang masih ngantuk dan tak kuasa untuk bangun ini. Aku lihat Papa yang membangunkanku, memegang tanganku, dia mengambil selimut kemudian dia selimutkan padaku. "Pa, jam berapa ini?" tanyaku.

"Jam sembilan" jawab Papa. "Semalam badan kamu panas, Papa dan Kak Lina sempat khawatir" lanjutnya. Dia duduk disampingku. "Kamu sakit?" Papa mengelus lembut pucuk kepalaku, duduk disampingku dengan nada penuh perhatian.

"Oh, kok Via enggak inget?" tanyaku.

"Ck, enggak usah dipikirin juga, yang penting kamu istirahat aja dulu, Papa disini buat jagain kamu" ucapnya. "Jangan sekolah dulu, tunggu keadaanmu fit baru sekolah" suruhnya. Aku tersenyum mendengarnya, lalu aku mengangguk menuruti permintaan Papa.

"I-Iya Pa" jawabku. Entahlah, apa benar semalam badanku panas dan tak enak badan, karena pagi ini, aku sudah tidak merasakan apa-apa. "Tapi Via, kayakanya sehat deh Pa" ucapku.

"Memang sudah enggak panas, tapi takut kambuh lagi gimana, mending istriahat aja dulu" pinta Papa. "Kalau butuh bantuan, panggil Papa aja, Papa di ruang kerja ya"

"Iya Pa, maaksih"

Hari ini, hari Jumat, dan sekarang adalah momen dimana aku untuk pertama kalinya selama menjadi murid baru, tidak masuk sekolah, alasanku cukup masuk akal, yakni harus berisitrahat karena semalam aku kejang-jenang (berlebihan) meski aku tidak merasakannya.

Jujur, aku benci dirumah jika benar-benar tidak sedang liburan. Karena menurutku sekolah itu menyenangkan, bertemu dengan kawan-kawan, mengikuti pelajaran (yang mana tergantung individu) dan masih banyak lagi.

Kucoba bangun untuk menyisir rambutku yang berantakan, plus berganti pakaian, karena semalam aku tidur dengan pakaian yang aku pakai saat berkunjung kerumah Nenekya Alana. Dan orang itu? entahlah, biar sehari saja kau tak bertemu dengannya.

Aku lihat mataku sedikit sembab. Aku memegangnya. "Emang aku nangis semalam?" tanyaku pada diri sendiri. "Enggak, enggak mungkin, buat apa cobak?" ucapku. Aku ganti baju, dan kembali berbaring ditempat tidur, dengan mata yang tak terpejam, aku menatap langit-langit.

"Kalau aku enggak merasa gimana-gimana, enggak mungkin dong aku nangis"

"Kalau aku nangis buat apa?"

"Meminta kejujuran darinya?"

"Kejujuran apa? Aku tidak suka dengannya, dan jelas dia juga tidak suka denganku, jadi buat apa?"

"Dia hanya laki-laki nyebelin dan pecundang, yang hanya bisa lari dari kenyataan"

"Iya Via?" Papa tiba-tiba masuk.

"Hah, ada apa Pa?" tanyaku sontak kaget.

"Eh, tadi Papa, denger kamu ngomong sendiri? Kamu lagi ngigo atau gimana?" tanya Papa.

Aku sedikit malu, kata-kata bodoh itu ternyata cukup keras aku keluarkan, sehingga mungkin terdengar hingga keluar kamar. "Eh, eggak kok Pa, Cuma tadi, nyanyi-nyanyi dikit" ucapku.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang