"Hei" sapanya.
Aku tidak menjawab, aku cuek saja.
"Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit.
"Iya?" jawabku.
Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini disekolah, aku harus menyampaikan pesan dari salah satu Guru yang tidak bisa mengajar, pesannya seperti biasa, mengerjakan tugas halaman ini dan itu, kemudian dikumpulkan ke ketua kelas, dan aku harus menaruhnya di meja kerjanya di Kantor Guru. Jadi, aku sebisa mungkin untuk menyampaikan pesan mengerikan ini dengan hati-hati.
"Jadi karena beliau tidak bisa hadir pagi ini, maka akan ada tugas pengganti" ucapku. Yang lain terdiam setelah sebelumnya rame karena saling bercanda. "Oke?" kembali aku memastikan pengumuman itu kepada teman-temanku yang lain.
"HUUUU!!" ucap yang lain, respon yang memang sudah kuduga. Yang aku pikirkan sih, mereka pasti senang tidak ada Guru yang mengajar, jadi mereka bisa bergurau dan tentunya main media sosial sesuka hati, tapi ini bencana, dan mereka harus menghadapinya.
"Enggak bisa nego Vi?" tanya seorang teman.
"Emang dagang online apa bisa nego?" saut Nisa.
"Sorry, ini pesan, dan aku harus menyampaikan" ucapku sok manis, dengan harapan mereka bisa mengerti.
"Dikumpulkan kapan?" tanya seorang teman lainnya.
"Hari ini!" jawabku dengan tegas.
"AAAGHH!!" teriak yang lain. Baik murid laki-laki dan perempuan, semuanya berteriak penuh derita, mungkin jika tidak ada tititpan tugas, para murid cowok sudah pasti langsung membuka HP untuk bisa bermain game online bareng, sedangkan bagi murid cewek, mereka akan membuka Instagram dan langsung live disana, namun aku dengan jahatnya mengubur semua impian mereka. Hahaha.
"Udah iya kerjakan!, terima kasih" kemudian aku duduk kembali.
"Vi-Vi, ada-ada aja deh" ucap Nisa sambil menggeleng tak percaya. Dia ternyata juga enggak suka buat ngerjain tugasnya.
"Ya mau bagaimana lagi Nis, ini udah takdir" jawabku pasrah.
"Siska enggak masuk Vi?"
"Ijin, ada kepentingan keluarga, katanya sih gitu" jawabku.
"Hehe, katanya sih gitu ya" aku dan Nisa tertawa.
*****
"Nisa bantuin dong!" setelah semua tugas selesai, aku kebagian untuk mengantarkannya ke kantor guru, karena bukunya banyak, jadi aku meminta bantuan Nisa untuk membawakannya, jadi setengah-setengah.
"Oke dooky" jawab Nisa.
"Yang lain pada ngerjain cepet banget, padahal rada susah soalnya?" ucapku, sambil berfikir sesuatu yang tak begitu penting sebenarnya.
"Ada The Profesor" jawab Nisa.
"Oh" aku tertawa mengetahui siapa yang dia maksud.
Kami berdua berjalan menuju kantor guru, kemudian masuk, menaruh buku yang berisikan tugas itu di meja guru yang bersangkutan. Ketika kami hendak keluar, cowok paling nyebelin kemarin itu tak sengaja berpapasan denganku.