Aku menaruh tas didalam kamar, segera berganti baju, kemudian melamun ditengah hujan yang belum bisa dihentikan. Masih terbekas bagaimana senyumnya untuk yang terakhir kalinya, senyum yang sangat aku rindukan, senyum yang bahkan sudah tidak bisa dia kembangkan.
Hancur, ya, hatiku hancur malam ini, mendengar kabarnya membuatku tak berdaya, membuatku sedikit demi sedikit diriku menjadi sesuatu yang rapuh, membuat apa yang aku bangun selama ini menjadi tak karuan, dan aku menangis sekarang.
Tibat-tiba HP-ku berbunyi, aku mengangkatnya. "Ya?"
(Aku turut berduka) ucapnya.
Aku berdiri, kemudian bangkit dari kursi, membuka jendela, dan merasakan kesedihanku membaur dengan rintik hujan yang menerpa masuk dari luar. "Ya, sama-sama, Eh..., saya ingin bertemu denganmu besok? Boleh?" tanyaku.(Iya, dimana?)
"Saya kerumahmu"
(Oh, oke, aku tunggu, kamu, yang sabar ya)
"Iya, terima kasih"
Kemudian sambungan telepon terputus. Kembali kesedihan ini tak dapat dibendung lagi, membuatku tak nyaman ingin melakukan apa, membuatku seketika berdoa, berharap jika waktu dapat berputar dan aku dapat menemaninya disaat-saat dia masih berada disini, masih tersenyum dan menungguku ada untuk kesekian kalinya.
*****
Hari ini Senin, aku ada rapat untuk klub Bahasa, namun aku tidak peduli sekarang, aku pergi dari rumah, bolos lebih tepatnya, dan hendak bertemu seseorang yang semalam aku telpon. Aku sampai didepan gerbang rumahnya, disambut dengannya, dengan tatapan yang sama sedihnya denganku, dengan senyuman keikhlasan melepasnya.
Aku berjalan pelan kearahnya, kemudian kupeluk dia. "Yuk masuk!" pintanya.
"Sorry enggak bisa nemenin dia disaat dia mungkin membutuhkan saya" ucapku.
"Enggak apa, dia sudah pergi, dan dia menyuruhmu untuk mengikhlaskan semua itu, dia tersenyum dan percaya kamu tidak pernah mengecewakannya" jawabnya.
"Terima kasih May" jawabku. Nama temanku ini Maya, dia sahabatku dan juga sahabat orang yang sekarang sudah tiada ini. Nanti aku ceritakan."Kamu ada waktu itu, disampingnya?" tanyaku.
"Iya aku dan Adi" jawabnya. Nama sahabat lainku adalah Adi, dia seumuran denganku, dan aku sudah jarang berjumpa dengannya. Bersama mereka bertiga ada kenangan yang tak mungkin bisa kulupakan.
"Adi?"
"Iya, dia pulang, dan bertanya kabarmu?"
Aku tersenyum sinis. "Bertanya kabar saya, seperti mencari sesuatu yang hilang yang sebenarnya sudah dilupakan" jawabku. "Jika dia tau siapa yang membuatnya sakit hati, pasti dia akan sangat marah sama Adi"
"Sudah, tidak perlu mengungkit itu" pinta Maya. "Sekarang, yang perlu kita lakukan hanyalah, mengikhlaskan apa yang pantas untuk diikhlaskan" pinta Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta SMA [TAMAT]
Teen Fiction"Hei" sapanya. Aku tidak menjawab, aku cuek saja. "Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit. "Iya?" jawabku. Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...