"Hei" sapanya.
Aku tidak menjawab, aku cuek saja.
"Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit.
"Iya?" jawabku.
Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menjelang kelulusan siswa kelas tiga, aku, entah kenapa aku jadi takut sendiri, aku takut sudah tidak bisa bertemu lagi dengan Alana di Sekolah, entah hal tersebut sangat menghantuiku, apa mungkin karena aku sudah mulai dekat, oh, atau karena hubungan pertemananku dengannya sudah sedekat itu, sampai aku takut kehilangannya.
Mendekati ujian untuk kelulusan, aku lihat Alana nampak sibuk sekali, aku juga jarang bertemu dengannya, karena aku tak ingin mengganggunya belajar, atau karena memang dia sengaja menghindar dariku karena ada satu gosip yang kembali beredar untukku, ya, aku digosipkan lagi berpacaran dengan salah satu siswa kelas dua namanya, Reihan. Aku panggil dia Kak Reihan.
Aku bertemu dengan Kak Reihan saat aku menghadiri pesta ulang tahun temanku, Caca, dan saat itu tak sengaja aku sedikit terpleset dan Reihan juga secara reflek memegangiku, persis seperti adegan Drama Korea kebanyakan, dan ada salah satu temanku yang iseng memfoto dan menyebarkannya seantero Sekolah.
Jadilah, aku kembali masuk bahan gosip di Sekolah. Padahal aku tidak suka dengan Reihan, dan aku rasa Reihan juga tak suka denganku, bisa kulihat saat gosip ini beredar, dia nampak malu-malu, menghindar atau benci denganku. Benci denganku? Emang aku salah apa?. Hmm.. tanyakan saja pada tukang gosip yang terhormat.
"Kenapa sih Siska, aku selalu dijadiin bahan gosip di Sekolah?" tanyaku kesal pada Siska.
"Hmm.. mungkin karena kamu cantik Vi, jadi, setiap kali ada cowok yang deket-deket kamu, jadinya selalu menjadi sesuatu yang heboh" jawab Siska berlebihan.
"Mungkin karena kamu bahan empuk buat tukang gosip Vi" saut Arman menimpali.
"Kok gitu?" tanyaku.
"Ada beberapa tipe manusia yang enak buat dijadiin bahan gosip, yang pertama, manusia yang semakin digosipin semakin enggak karuan, dan yang kedua, manusia yang kalau digosipin, diem aja, ya, kayak kamu ini"
"Kan, emang enggak bener Man" jawabku.
"Via, harus ngelawan gitu Man?" tanya Siska.
"Ya, enggak juga"
"Terus?"
"Hm,, udah terlanjur juga Vi, kamu memang udah asik dijadiin bahan gosip" ucap Arman tertawa puas meledekku. Aku memasang muka kesal, kusilangkan kedua tanganku, bersandar di kursi kantin siang panas ini.
"Semakin banyak masalah, semakin sikap dewasanmu diuji Vi, ya, mungkin ini cara mereka menguji kedewasaanmu" ucap Siska.
"Kita masih remaja, bukan dewasa" bantahku. "Lagian kalau kita dewasa, enggak akan jamin kalau sikap kita bisa ikut dewasa, dewasa bisa jadi kekanak-kanakan" lanjutku.
"Dan kamu yang mana?" tanya Arman.
"Aku bukan diantara pilihan itu" jawabku tegas.
"Kenapa kamu bisa dijadin bahan gosip, karena kamu butuh kepastian Vi" ucap Arman dengan teori lainnya.