33 : Inginku

2.9K 71 2
                                    

Sebulan sudah aku tinggal di sini, sekolah di Bogor, bermain bersama teman-teman baru disana, dan selain itu juga, aku masih belum melupakan Navia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebulan sudah aku tinggal di sini, sekolah di Bogor, bermain bersama teman-teman baru disana, dan selain itu juga, aku masih belum melupakan Navia. "Cinta itu antara memilih dan diplih" ucap Alya.

"Pagi-pagi udah nyeramahin saya tentang cinta, kayak cintanya bener aja" Ejekkku.

"Ye, emang cintaku selalu bener, selalu ada goal-nya" dan Alya membalas ejekkanku. "Lan, temuin Lan, enggak baik gini terus!!" pintanya, kuhitung sudah seribu kali lebih dia berkata seperti itu, dan aku mulai bosan mendengarnya.

"Pertemuan enggak akan menyelesaikan masalah, dengarlah saudariku" jawabku. "Enggak segampang yang kamu omongin" lanjutku.

"Terus mau sampai kapan? Enggak enak berpisah dengan kesan yang buruk" imbaunya lagi.

"Jadi sekarang, kamu menjadi penasihat hukum percintaan saya ya?" aku elus rambutnya, dia memukulku pelan.

Jujur aku bingung harus bagaimana sedangkan rasa ini masih ada, rasa bersalahku kepada Navia itu masih ada, kadang aku berfikir untuk benar-benar hilang dan berharap Navia tidak menemukanku, namun semakinku befikir demikian, semakin tak enak rasanya, semakin kubuat dia sakit hati, dan semakin kumerasa bersalah.

Salah satunya bagaimana aku bisa berpisah dengan damai yakni menemuinya, seperti yang dikatakan Alya, seperti yang sudah banyak teman-temenku katakan juga, namun aku masih enggan, masih takut saja bagaimana reaksi Navia ketika melihatku, apakah dia akan benci atau bagaimana.

Salahku juga kenapa hati ini masih tak bisa menerima Navia seutuhnya, apakah karena aku masih belum bisa merelakan Naya? padahal aku benar-benar sudah mencoba mengikhlaskannya, benar-benar mencoba melupakannya dari hidupku, dan menurutku itu berhasil, menurutku aku sudah perlahan—bahkan tak mengingatnya lagi, tapi entah, terlalu banyak entah yang aku keluarkan, ambigu.

*****

"Nih!" Alya membuatkanku segelas kopi. Aku duduk diteras depan, diikuti Alya yang duduk bersama denganku.

"Jangan suruh saya menemuinya lagi, saya masih belum siap" pintaku, aku tau dia akan mencoba mengingatkannya kembali. Jadi aku sudah memperingatkannya dulu.

"Iya" jawabnya. "Dulu, sebelum pacarku yang sekarang menerimaku, dia juga sama sepertimu" ucap Alya, membuka pembicaraan, dan seketika aku tertarik mendengarnya.

"Maksudnya?"

"Iya, dia juga punya mantan, mantan terindah katanya sih gitu, terus dia putus, dan dekat denganku, sampai akhirnya kita pacaran" jelas Alya. "Ditengah hubungan, aku mempergokinya masih sering chat dengan mantannya, aku kira itu wajar lah ya namanya juga mantan yang bukan berarti untuk dilupakan, chat hanya untuk sekedar berteman kan tak masalah"

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang