7 : Aku Jauh

5.5K 137 4
                                    

Pagi harinya, saat aku menunggu angkot di perempatan kompleks rumah, aku bertemu dengan Alana, sebenarnya jarang-jarang sih aku bertemu dengannya, biasanya, hanya bertemu saat pulang sekolah nanti, aku juga tidak tau kalau dia berangkat ke sekolah...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, saat aku menunggu angkot di perempatan kompleks rumah, aku bertemu dengan Alana, sebenarnya jarang-jarang sih aku bertemu dengannya, biasanya, hanya bertemu saat pulang sekolah nanti, aku juga tidak tau kalau dia berangkat ke sekolah naik apa, jadi terasa aneh saja bertemu dia pagi-pagi seperti sekarang ini, dan apakah ini sebuah kebetulan?, entahlah, jadi aku harus kembali bertemu dengan orang yang nyebelin itu, di momen yang berbeda.

"Wah ketemu" ucapnya menyapa duluan.

Aku menoleh, melontarkan senyum tipis kearahnya. "Oh, tumben" ucapku cuek.

"Masudnya?" tanyanya.

"Ya, karena aku jarang ngeliat kamu nunggu angkot disini" jawabku jujur.

"Orang pak RT saja tidak melarang, kenapa kamu merasa aneh melihat saya nunggu angkot ditempat yang sama dengan kamu sekarang, kamu yang aneh malah" jawab Alana, dengan muka dingin dan tatapan mengintimidasinya.

"Ck, aku enggak mau debat pagi-pagi" ucapku.

Dia tertawa. "Emang mau Pilpres harus debat" jawabnya enteng. "Yuk!" dia tiba-tiba menggandeng tanganku.

"Ih, apaan sih Alana?" ucapku, segera kulepaskan genggaman tangannya itu.

"Ck, itu angkotnya diseberang jalan" jawabnya. "Ya, kita harus kesana" lanjutnya. Dia kembali memegang tanganku.

"Iya, tapi enggak us—"

Dia memotong perkataanku. "Udah, banyak ngomong sih" dan meneruskan untuk memegang tanganku, kemudian kami berdua menyeberang jalan untuk pergi ke angkot itu. "Udah" dia melepaskan tangaku.

"Aku udah gede kali, enggak usah dipegangin kayak anak TK mau nyebarang jalan" bantahku. Kemudian aku masuk kedalam angkot terlebih dahulu. Dia kemudian menyusul kedalam, dan duduk berhadapan denganku.

"Angkot sepi" ucapnya padaku.

"Ya, terus?" tanyaku.

"Iya... berarti sepi aja" jawabnya.

"Ck, enggak penting deh Alana" jawabku lagi. Dia tertawa.

"Kamu kenapa jutek banget sih?"

"Aku, jutek?" tanyaku.

"Iya" jawabnya. "Seharusnya saya yang marah dan jutek sama kamu, karena kamu menolak tawaran saya dan memutuskan untuk hengkang dari klub Bahasa, tapi kenapa kamu yang jauh lebih sensi ke saya?"

"Ya, karena, semua pembahasan kamu itu, pernyataan bukan pertanyaan, dan enggak penting juga" jawabku. Dia terdiam sejenak, memandangku beberapa detik, sampai aku risih dibuatnya. Dan akhirnya, kumemalingkan muka darinya.

Dia kudengar kembali tertawa kecil. "Entah, salah saya apa, kamu terlihat begitu membenci saya" kembali dia berkata. Aku tidak menggubrisnya, sampai kami berdua turun dari angkot dan masuk kesekolah, pun, aku mencoba untuk tidak terlalu dekat dengannya.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang