23 : Alya

3K 79 0
                                    

Dingin udara pagi ini membawaku kembali ke puncak untuk mengunjungi Nenekku disana, aku masuk kearea pedesaan yang tak cukup ramai pagi ini, untuk menemui Nenek tercintaku itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dingin udara pagi ini membawaku kembali ke puncak untuk mengunjungi Nenekku disana, aku masuk kearea pedesaan yang tak cukup ramai pagi ini, untuk menemui Nenek tercintaku itu. sesampainya dirumah Nenek, aku bertemu dan langsung memeluknya, mencium punggung tangannya. Disini, nenek tinggal bersama kakek.

"Sehat Nek?" tanyaku.

"Alhamdulillah, baik, kamu tumben kesini?" tanyanya.

Aku tersenyum. "Lagi libur sekolah" jawabku, padahal aku memang sengaja bolos untuk beberapa hari kedepan, bahkan aku sudah menyiapkan barang bawaan untukku menginap sementara dirumah Nenek.

"Hai!" sapa seorang perempuan menghampiriku. Dia sepupuku, namanya Alya, dia tinggal bersama Nenek dan Kakek disini, setelah kedua orangtuanya mengalami musibah tahun lalu, mereka berdua tewas dalam tragedi kecelakaan pesawat.

Aku tersenyum ramah padanya. "Hai," sapaku.

"Alana, berapa hari disini?" tanya Nenek.

"Seminggu Nek" jawabku.

"Oh, yasudah pakai kamar yang ada dilantai dua ya" suruh Nenek.

"Iya Nek" jawabku lagi.

Aku bergegeas menuju ke lantai dua rumah Nenek, dan merapikan barang bawaaanku untuk satu minggu kedepan, aku memang sengaja sedikit ingin berlama-lama disini, karena mungkin saja disini dapat menenangkan pikiranku yang sedang bingung.

"Tumben datang?" tanya Alya, dia seumuran denganku, sudah lama juga aku tak berjumpa karena memang aku, ataupun dia jarang datang ke Puncak maupun ke Jakarta.

"Kalau saya kangen kalian tidak boleh?" tanyaku.

Dia terkekeh. "Kangen-kangen, pesanku saja jarang kamu balas" ledeknya, dia duduk diatas kasur, sedangkan aku masih merapikan barang bawaanku.

"Saya sibuk" jawabku.

"Sibuk ngurusi pacarmu?" tanyanya kembali meledek.

"Oh, terima kasih sambutannya" sindirku, lalu aku tertawa.

Dia juga ikutan tertawa. "Om sama tante sehat?"

"Sehat, sama sepertimu sekarang" jawabku. Selesai kurapikan semua bawaanku, aku bergegas menuju dapur untuk menghilangkan rasa tak enak diperutku, yakni kelaparan. "Siapa yang masak Nek?" tanyaku.

"Tuh" Nenek menunjuk Alya yang sudah senyum kemenangan.

"Beracun enggak nih?" ledekku.

"Ye, mangkannya coba dulu" serunya.

Aku mencicipi beberapa masakan yang 'katanya' ia masak. "Lumayanlah, racunnya masih belum bereaksi kalik" ucapku kali ini meledeknya. Dan aku akan terus meledeknya, karena aku memang sering melakukan hal seperti itu.

"Udah-udah enggak usah berantem" ucap Nenek.

Suara deru motor dari luar rumah, membuatku spontan ingin melihatnya, melihat seorang laki-laki seumuran denganku, mengendarai motor dan ingin mengunjungi rumah Nenek, kutanya Nenek katanya pacarnya Alya.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang