"Navia!" panggil Rendy dari jauh, aku yang sedang duduk bersama Arman langsung kesana, kearah Rendy yang tengah membawa gitar dan tersenyum ketika aku berjalan kearahnya.
"Ada apa?" tanyaku.
"Ini" Rendy membagikan sebuah surat untukku.
"Apa?" tanyaku lagi, aku melihatnya dan mulai meraba surat tersebut.
"Undangan untukmu, lagumu udah masuk duapuluh besar kompetisi Band tingkat Nasional, jadi kami akan manggung disana, disitu udah ada lokasinya, aku harap kamu datang" pintanya. "Senang?"
Aku tersenyum. "Senang, terima kasih ya" ucapku.
"Oh ya satu lagi, aku boleh minta tolong untuk nempelin ini enggak" kembali Rendy memberikan beberapa lembar pamflet padaku. "Nanti tolong tempel di Mading ya" lanjutnya.
"Tapi kan, aku udah enggak ikut klub Bahasa Ren" jawabku.
"Kata Andy, kamu masih dalam hukumannya, jadi dia nyaranin aku untuk ngasih ini kekamu" jawabnya.
Hah, benar kah, bukannya Kak Andy sudah bilang jika hukumanku sudah selesai, bahkan Kak Jefri dan Alana pun setuju jika hukumanku sudah selesai, namun kenapa tiba-tiba Rendy memberikan pamflet itu padaku, dan memintaku untuk menempelkannya di Mading Sekolah, sungguh sesuatu yang janggal."Oh, oke deh" jawabku pasrah.
"Eh, Navia"
"Iya"
"Nanti malam ada acara enggak?"
"Eh, enggak tuh, kenapa ya?" tanyaku.
"Eh, anu-eh" Rendy berkata bak orang yang gagap. "Eh, itu"
Tiba-tiba Siska datang, dan langsung memotong perkataan Rendy. "Mau ajak kamu jalan Vi" ucapnya. Dia tersenyum padaku dan Rendy, aku lihat wajah Rendy seketika langsung malu gitu, dan aku? Bagaimana reaksiku, ya tentu aku juga merasa malu dan bagaimana ya, susah menjelaskannya.
"Hah?" responku kaget. "Kemana?" tanyaku.
"Kemana Ren?" tanya Siska.
"Eh, eh, tapi mau kan?" tanyanya malah.
"Eh" aku juga berfikir, menimbang ajakannya itu, karena jujur baru kali ini aku diajak jalan sama cowok semenjak aku masuk SMA disini. Dan setelah kuberfikir, kenapa tidak menerima ajakannya, toh Rendy baik padaku, dan aku juga kenal siapa dia. "Oke deh" ucapku akhirnya.
Wajah Rendy sumringah. "Oke, nanti ak—"
Aku memotong perkataannya. "Nanti aku tunggu di depan Komplek" ucapku. "Kalau begitu, aku dulu ya, Arman nungguin tuh" kemudian kupamit untuk kembali duduk bersama Arman di Kantin.
Beredar kabar, bahwa—entah benar atau tidak, jika Rendy katanya naksir padaku, ah emang iya? Tanyakan saja pada tukang penebar gosip di SMA ini, bahkan Siska secara terbuka dan jujur, mengatakan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta SMA [TAMAT]
Roman pour Adolescents"Hei" sapanya. Aku tidak menjawab, aku cuek saja. "Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit. "Iya?" jawabku. Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...