Aku sampai di Bogor dan berada di rumah Nenek sekarang, semua barangku sudah masuk kedalam kamar, Mama dan Papa berbincang dengan Kakek dan Nenek dibawah, sedangkan aku merapikan barangku dikamar atas, kamar yang nantinya menjadi tempat istirahatku disni.
"Nepatin janji?" tanya Alya, dia membantuku membereskan barang.
Aku tersenyum, menoleh padanya. "Kenapa, tidak suka kalau saya disini?" jawabku.
"Sinis banget sih" ucapnya. "Cuma bercanda Lan" lanjutnya, dia merapikan sprei kasur itu. "Terus orang yang kamu suka itu, bagaimana, dia menerima kamu pergi?"
Aku terhenti sejenak, aku taruh beberapa buku di rak, kemudian melanjutkan menaruh barang barangku ditempanya masing-masing. "Dia tau saya pindah, dia menerima" jawabku.
"Jadi sempat kamu nyatakan cinta atau tidak?" tanya Alya lagi. Dia seperti polisi yang sedang mengitrogasiku yang menjadi tahanan.
Aku duduk dikasur. "Dia marah" jawabku kemudian.
Alya duduk disampingku. "Kenapa marah?" tanyanya heran. "Lan, kalau memang dia enggak suka kamu ada disini, enggak usah maksain pindah, janjimu lupain aja" ucap Alya.
Aku menggelengkan kepala. "Enggak, bukan karena itu, apa kata Kakek waktu itu, jika seorang laki-laki, harus berani mempertanggung jawabkan omongannya dan saya menurutinya" ucapku, menatap wajah Alya dalam.
"Jadi kenapa dia marah?" tanya Alya lagi.
"Saya enggak nembak dia, tapi saya bilang kalau saya suka" jawabku, aku berusaha terbuka dengan Alya, berharap dia memberikan masukan, agar aku bisa memperbaiki hubunganku dengan Navia.
"Berarti kamu udah kasih harapan palsu kedia" Alya berdiri, menaruh beberapa barangku lagi ditempat. "Dia pasti sakit Lan, dia berharap, dan kamu menggantungnya" ucapnya lagi.
"Saya enggak tau kenapa, tapi seperti apa ya, saya enggak bisa jelasin Ya" aku bingung sendiri.
"Gimana? Apanya yang enggak bisa dijelasin sih Lan?" tanya Alya, dia berdiri. "Heh, denger!" Aku menatap kearahnya. "Kalau kamu berani melakukan itu, berarti kamu harus menyelesaikannya juga, ada tanggung jawab yang harus kamu tuntaskan" pintanya.
"Tanggung jawab saya, berada disni sekarang!" ucapku, lantas aku pergi kebawah.
*****
Malam harinya aku merasa bersalah pada Navia, benar kata Alya, aku memberikan harapan padanya dan ketika dia mulai berharap, aku malah menghancurkan harapannya, dan membiarkan dia jatuh akibat ulahku sendiri, bingung, memikirkannya membuatku bingung sendiri, kenapa aku masih tidak bisa menerimanya jika aku suka dengan dia, dan ternyata dia juga suka denganku, tapi kenapa, untuk memilikinya aku masih belum siap?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta SMA [TAMAT]
Fiksi Remaja"Hei" sapanya. Aku tidak menjawab, aku cuek saja. "Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit. "Iya?" jawabku. Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...