10 : Pacar Bohongan

4.7K 115 2
                                    

"Bangun!" pintanya, aku bangun dari sandaran bahunya kemudian berdiri karena kaget, tidak sadar jika rasa lelahku membuatku terjebak kedalam jebakannya (mungkin)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangun!" pintanya, aku bangun dari sandaran bahunya kemudian berdiri karena kaget, tidak sadar jika rasa lelahku membuatku terjebak kedalam jebakannya (mungkin).

"Ih" ucapku.

Dia tertawa sangat. "Tidak melawan ternyata" ucapnya. "Ya, maap kalau saya spontan melakukan seperti itu" lanjutnya. "Yuk pulang!" ajaknya.

"Ya, cepet cari angkot" suruhku.

"Hmm...untuk kali ini saya nurut deh" dia segera pergi kepinggir jalan di perempatan, kemudian menyetop angkot, dan kami berdua naik angkot menuju arah pulang seperti biasa. Selalu, saat didalam angkot, kami sesekali saling tatap juga tersenyum kecil dan sama-sama sering membuang muka satu sama lain, baik sengaja maupun tidak, itu menjadi momen yang selalu menghiasi perjalanan pulang kami, jika kebetulan kami pulang sekolah bersama.

*****

"Jadi tenang sekarang?" tanya Alana, saat kami berdua sampai didepan kompleks.

"Enggak tau, doain aja" jawabku masih lesuh. "Aku yakin, besok pasti aku dikerjian lagi oleh mereka, entah sampai kapan kejadian itu akan selalu terulang" ucapku.

"Akan selalu terulang dan terulang selama saya masih deket sama kamu Navia" ucap Alana. Dan dia akhirnya menyadarinya juga. "Tapi saya kan udah janji bakal jagain kamu" lanjutnya.

"Dari siapa?" tanyaku.

Dia mendekat perlahan kearahku, menatapku tajam. "Dari siapa saja yang gangguin kamu" ucapnya. "Saya nanti ada acara jam tujuh di rumah Nenek, berhubung saya tidak punya pacar, boleh saya mengajakmu?" ucapnya.

Hah yang benar saja. Jadi, secara tidak langsung, dia ingin menjadikanku pacar setingan-nya untuk semalam. "Hah? Ngapain Alana, enggak ah" ucapku segera menolak.

"Kenapa?" tanyanya.

"Ya kan itu acara keluargamu, jadi kenapa aku harus ikut?" tanyaku. "Aneh"

"Ya, itu terserah kamu sih, saya tak memaksa, tapi efeknya mungkin ke tugas Madingmu yang belum selesai, dan saya sebagai Wakil Ketua Klub Bahasa, bisa menambah hukumanmu jika kamu tidak menuruti permintaan saya ini" ucapnya, dan dia secara halus mengancam dan memaksaku untuk ikut.

"Ya, berarti maksa itu" ucapku, kembali kudibuat kesal. "Lama enggak?" tanyaku mencoba bersabar.

"Jangan tanya lama atau enggak, boleh atau enggak itu yang terpenting?"

Aku berfikir terlebih dahulu, kemudian. "Iya deh" itu yang keluar dari mulutku.

"Boleh saya jemput?"

"Terserah" kemudian aku pergi meninggalkannya.

*****

Aku berbicara pada Kak Lina tentang rencana keluar bersama Alana nanti malam, dan ketika Kak Lina mengetahui jika Alana adalah seorang cowok, dia langsung menunjukkan wajah yang sumringah padaku.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang