29 : Harapan?

2.8K 75 5
                                    

Mendekati ujian kelulusan, suasana di Sekolah sudah tak lagi sama, ada suka dan duka yang menyelimuti, ketika aku melihat Alana sedang serius mengerjakan soal, semakin aku sedih karena aku sebentar lagi harus berpisah dengannya, apalagi dia berenc...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendekati ujian kelulusan, suasana di Sekolah sudah tak lagi sama, ada suka dan duka yang menyelimuti, ketika aku melihat Alana sedang serius mengerjakan soal, semakin aku sedih karena aku sebentar lagi harus berpisah dengannya, apalagi dia berencana untuk meninggalkan Jakarta, peluangku untuk bertemu dengannya lagi setelah kelulusan semakin tipis.

Kak Jefri berhasil menyelenggarkana pemilihan Ketua OSIS dan Alana berada dalam bagiannya, aku tak tau siapa yang menang, katanya anak kelas dua IPA, masa-masa kejayaan Kak Jefri dan koleganya sudah sirna dan bersiap menghadapi tantangan baru kedepan.

Aku juga sering melihat Celia yang juga nampak serius mempersiapkan mentalnya demi ujian kelulusan nanti, dan sudah tak pernah lagi aku di ganggu olehnya, syukurlah. Semakin aku memikirkan kelulusan, semakin membuatku sedih, semakin aku tak memikirkannya, semakin membuatku sedih juga. Dilema yang aku rasakan saat ini, sungguh luar biasa.

"Navia!" panggil Kak Jefri dari kejauhan.

Aku mendekat. "Ada apa ya Kak?" tanyaku.

"Bisa bantu aku buat nempelin ini" Kak Jefri menunjukanku selebaran yang berisikan kata-kata kelulusan. "Boleh?"

"Eh, boleh" jawabku. Aku dan Kak Jefri akhirnya saling bantu menempelkan selebaran itu ke Mading semua kelas. "Kak Jefri, mau kemana setelah lulus?"

"Aku, mau ke UI" jawabnya mantap.

"Udah pasti? Mau ambil jurusan apa?" tanyaku.

"Bisnis atau... Sastra" jawabnya. "Navia, setelah kita semua lulus, aku harap kamu pantau ketua OSIS yang baru itu!" pintanya.

"Hah? Emang kenapa Kak?"tanyaku.

"Coba kalau aku bisa nyalonin diri jadi Ketua OSIS lagi, pasti aku bakal maju, tapi, karena sudah tidak bisa, jadi ya... terpaksa aku serahin jabatanku ke anak kelas dua itu, yang sekilas nampak terpaksa buat nyalonin diri jadi OSIS" jawab Kak Jefri.

"Tau dari mana Kak kalau dia terpaksa?"

"Insting ketua OSIS itu kuat, meski aku udah mantan tapi instingku tajam seperti Elang" jawab Kak Jefri bercanda, aku dan dia tertawa pelan.

"Hmm.. Kak Jefri tau, Alana akan kemana setelah lulus?" tanyaku, aku coba gali informasi dari Kak Jefri yang mana adalah teman dekatnya Alana.

Kak Jefri berhenti sejenak, berfikir sejenak. "Kamu suka dengannya?" tanya Kak Jefri.

Semakin aku menyembunyikan perasaan ini, semakin kentara dimata orang lain, Kak Jefri bukanlah orang pertama yang bisa menebak itu, hampir semua siswa disini sudah bisa menebaknya. "Eh," aku malu-malu. "Dia mau kemana?" dan kucoba mengalihkan pembahasan.

Kulihat Kak Jefri tersenyum. "Dia mau ke luar Kota, entah kemana" jawabnya. "Jadi cewek emang enggak enak ya, Cuma bisa nunggu" lanjutnua tiba-tiba.

"Ha?" aku kaget mendengar jawabannya. "Kok?" lanjutku.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang