Aku berkunjung kerumah Maya sepulang sekolah, ada hal yang ingin disampaikan katanya. Sesampianya, aku duduk menunggunya didalam. "May, ini" aku memegang foto saat aku, Adi, Maya, dan Naya bersama saat itu.
"Taruh,!" suruhnya. "Tadi Pak Malik, juru kunci kuburan disana bertemu Papaku, katanya ada seorang anak laki-laki ditengah hujan duduk disamping makam" ucapnya. "Jangan bilang itu kamu?"
Aku tersenyum sambil kutaruh foto itu. "Ya, itu saya" jawabku.
Dia cemburut. "Bodoh dipelihara, buat apa kesana?" mungkin bukan cemberut, tapi, sedikit kesal padaku.
"Bertemu" jawabku singkat.
"Bertemu Pocong?" ledeknya.
Aku tertawa. "Bertemu teman saya, temanmu juga" jawabku. "Ada yang salah?" tanyaku.
Dia melipat tangannya, wajahnya masih terlihat kesal padaku. "Pak Malik juga lapor ke Papa dan Mamanya Naya Lan, dan respon orangtuanya Naya adalah—"
"Apa?" potongku.
"Mereka menyampaikan pesan, untuk jangan terlalu sering kesana, mereka kawatir saja" jawab Maya.
"Saya bukan dukun yang mau nyuri tali pocong disana iya, lagian saya juga mendoakannya" bantahku. "Aneh sekali" lanjutku, jadi aku ikutan kesal.
Maya mendekat kearahku, kemudian mentoyor dahiku kencang. "Mau sampai kapan? Sampai kamu juga mati disana?" tanyanya. Kalau Maya sudah marah aku pasti kalah, karena omongannya jauh lebih menyulitkan untuk disangkal.
"Ih kasar" ucapku meringis. "Saya cuma butuh teman untuk curhat May" jawabku.
"Kan ada aku Lan, gimana sih, udah lupa kalik" ucapnya.
Aku tersenyum. "Bukan lupa May, ya.. mungkin saya masih ingin banyak bicara dengan Naya, meski saya tau jika Naya tak bisa menjawab, tapi saya percaya jika dia bisa mendengar apa yang saya katakan" ucapku.
"Lama-lama kamu gila Lan" ledekknya lagi. "Yaudah deh, pokoknya aku enggak mau kamu malam-malam datang kesana lagi, ya, please Lan!" ucapnya memohon. "Dia udah tenang disana, dia enggak mau liat kamu jadi seperti ini" ucap Maya.
Aku terdiam. Aku ambil foto itu lagi. "Harusnya kamu enggak usah pajang foto ini lagi May, dua lainnya udah hilang" ucapku.
"Adi enggak hilang, cuma kalian aja yang lagi berantem" bantah Maya. "Mungkin aku enggak bisa maksa kamu Lan, tapi aku enggak akan henti-hentinya ngingetin kalau kamu ada kesempatan, please bicaralah dengannya"
"Oke, bisa diatur" jawabku.
"Gimana sekolah?"
"Ya, sekolah lah, kamu gimana? Udah punya cowok?" tanyaku.
"Hmmm... ngomong enggak ya?"
"Ye, mulai ada rahasia nih"
"Nantilah aku cerita" jawabnya. "Kotak itu udah kamu buka semua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta SMA [TAMAT]
Teen Fiction"Hei" sapanya. Aku tidak menjawab, aku cuek saja. "Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit. "Iya?" jawabku. Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...