19 : Bersama Bintang

4K 81 0
                                    

Bodohnya aku malam ini adalah, mengerjai Navia dan membuatnya mungkin sedikit kesal denganku, entah untuk yang keberapa kalinya, jujur, saat dia meneteskan air mata—yang mana pertama dihadapanku sungguh membuatku menyesal, dan segera ingin meminta...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bodohnya aku malam ini adalah, mengerjai Navia dan membuatnya mungkin sedikit kesal denganku, entah untuk yang keberapa kalinya, jujur, saat dia meneteskan air mata—yang mana pertama dihadapanku sungguh membuatku menyesal, dan segera ingin meminta maap, namun untuk saat ini, mungkin waktunya belum tepat. Jadi aku ingin menunggu esok, dan mengatakan yang sebenarnya.

*****

"Hei Via" sapaku, dia tidak menggubris, dan aku tetap mengejarnya sampai dia menjawab sapaanku. "Navia!" panggiku, dan lagi dia sepertinya tidak peduli. "Hei" kali ini aku memegang tangannya.

"Apa sih Alana?" tanyanya, dari nada bicara dan wajahanya, aku melihat masih ada rasa kesal dan marah padaku karena kejadian semalam.

"Saya minta maap untuk semalam" ucapku.

Dia menghela nafas. "Iya udah, enggak perlu dipikirin, tapi ingat Alana, satu hal, tidak semua yang kamu pikirkan itu bisa sama dengan orang lain, bagi kamu kejadian semalam, hanyalah bercanda, bagiku, itu terlalu berlebihan, dan bukan hanya untukku, tapi untuk semua orang yang mungkin pernah berada dalam posisiku" jelas Navia.

Aku dengan satu tarikan nafas dan senyum sumringah mengatakan "Iya" dengan lantang dan keras. "Jadi sudah tidak marah?" tanyaku.

"Sedikit" jawabnya. "Tapi jujur, aku enggak mau diganggu dulu, jadi aku harus pergi" kemudian dia pergi meninggalkanku.

Navia itu orangnya kalem dan tenang kurasa, semarah-marahanya dia aku kerjai, dia tidak pernah ngambek dengan waktu yang lama, bahkan dia selalu memberi nasihat buatku ketika aku berbuat salah atau semacamnya, aku tidak tau apa yang ada dipikirannya, apakah dia memang tidak bisa marah denganku atau, karena dia juga suka padaku, entahlah, aku tidak ingin berandai-andai.

"Alana" panggil Jefri dari kejauhan.

"Ada apa?" tanyaku.

"Aku mau kamu masuk kedalam panitia persiapan pemilihan ketua OSIS baru di SMA ini, mau kan?" tanya Jefri.

"Eh, kenapa saya?"

"Karena kamu buyutnya klub Bahasa" ledeknya tertawa. "Jadi mau atau tidak, aku enggak punya banyak waktu" lanjutnya.

"Nanti saya pikirkan" jawabku. "Tak apa kan?"

"Okedeh, tapi jangan lama-lama, keburu kadaluwarsa" ucapnya lagi.

"Oke"

*****

"Kamu itu memang manusia paling begok di dunia Lan" ucap Maya langsung meledekku ketika aku bertemu dengannya disalah satu kafe di Kota. "Aku sudah pernah bilang kan. Tingkah begokmu itu jangan sampai kelewatan, jadinya marah kan" ucapnya.

"Ya, saya kan cuma bercanda May, kalau ternyata dia beneran nanggepinnya serius, ya,.. saya mana tau" jawabku masih membela diri.

"Itu yang membuatmu sakit dan gila kalau didepan wanita" jawab Maya. Aku juga sudah menceritakan tentang Navia padanya, bahkan sering sekali aku curhat dengannya. "Kamu serius enggak sih ngejar dia?" tanya Maya.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang