35 : Dengan segala macam kemungkinan

4.4K 86 5
                                    

Begok, begok, begok, kata-kata itu yang keluar dari dalam hatiku saat ini, begitu percaya diri aku bilang bahwa, ada kemungkinan aku dan dia bisa bertemu lagi namun tentang kapan dan dimana itu belum pasti, kenapa juga aku berbicara seperti itu, h...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begok, begok, begok, kata-kata itu yang keluar dari dalam hatiku saat ini, begitu percaya diri aku bilang bahwa, ada kemungkinan aku dan dia bisa bertemu lagi namun tentang kapan dan dimana itu belum pasti, kenapa juga aku berbicara seperti itu, hal yang bodoh, aku ingin minta maap dengannya, ingin sekali, tapi kenapa sifat kekanak-kanakanku akhirnya muncul, membuatnya kembali merasakan kesedihan dan begitu kejamnya aku meninggalkannya waktu itu dengan tangisan yang belum juga redah dari wajahnya, Alana-Alana, terlalu banyak kesalahan yang telah kau buat pada gadis itu, sudah berapa kali kau berdosa padanya, sakit dia Lan, sakit.

"Ya ampun, udah sore masih aja disini!" Alya mengagetkanku saat aku melamun dengan gejolak hati yang begitu dahsyat, ditengah kebun teh milki kakek sore ini. "Nenek sama Kakek nyariin kamu tuh!" ucap Alya kesal. "Jadinya aku deh yang disuruh nyari"

"Ck, iya-iya saya minta maap, ngambekan!" ledekku. Alya duduk disampingku. "Naik apa?" tanyaku.

"Tuh" dia mengarahkan pandangannya kearah sepeda mininya.

"Yah... kasian banget" aku mengelus rambutnya pelan, dia memanyunkan bibirnya, cemberut lebih tepatnya, kemudian meyenggolku pelan. "Nanti saya bonceng, sepedamu taruh di sini aja" ucapku.

Alya menoleh padaku. "Kamu tuh... sepulang dari kampus, aneh sih Lan, kenapa, ada masalah?" tanyanya.

Benar sekali, Alya tidak tau kalau aku tidak kekampus pagi tadi, malah aku ke Jakarta, bertemu Navia, inginku tertawa sih sebenarnya mendengar perkatannya itu namun kucoba tahan. "Biasa, lagi mau dapet, hawa-hawanya itu loh"

Dia memukulku, cukup kerasa juga. "Ihh...jorok, apaan sih Lan, enggak baik tauk!" imbaunya.

"Iya-iya, sorry, lagian kepo" ledekku. "Ya, saya udah memantapkan hati sih, kalau saya, bakal disini, selamanya!!!" ucapku sedikit berteriak, membentangkan kedua tanganku lebar-lebar.

Alya mellihatku tidak percaya, diangkat satu alisnya, matanya melotot tajam padaku. "Yang bener?" tanyanya mengejek, aku mengangguk pasti. "Terus... cewekmu disana gimana?"

"Udah enggak ada lagi Ya, udah ah enggak usah bahas itu" sanggahku, jadinya sedikit bete.

Tunggu-tunggu, benar juga kata Alya, Navia bagaimana? Tunggu Lan, bukannya kamu udah nyakitin dia tadi, udah buat dia nangis? Terus kenapa kamu bete saat disinggung dengannya? Lan kenapa bisa begtu sih? Lan kamu marah waktu dia ngomong gitu? Loh, bukannya itu fakta ya, hargai pendapat Navia.

"TIDAAAAAKKKKK!!" teriakku keras-keras.

"Ih.. apaan sih, gilak nih anak!"

"Ya, anterin saya kerumah sakit jiwa ya, saya mau berobat"

"Hah?" melotot mata Alya mendengarnya.

Cerita Cinta SMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang