"Hei" sapanya.
Aku tidak menjawab, aku cuek saja.
"Hei" sapanya lagi. Tak tahan, aku menjawab, menolehnya sedikit.
"Iya?" jawabku.
Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama disampingku. "Hei, maap mengganggu saya liat resleting tas kamu terbuka, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sungguh aku kaget seketika dia muncul kembali dan berhadapan denganku, rasa canggung benar-benar muncul dariku, sempat terbesit dipikiranku untuk menolak kehadirannya, namun itu hanyalah sifat anak TK yang kalau ngambek enggak mau ketemuan lagi, dan aku mencoba untuk besikap dewasa—Dewasa remaja maksudku, jadi aku menerimanya.
Bel pulang sekolah berbunyi, katanya dia menungguku didepan Sekolah, penasaran emang apa yang dia tunggu dariku, jadilah aku menurutinya, aku menemuinya.
"Jadi masih nunggu ternyata?" tanyaku.
"Kan saya sudah bilang" jawabnya, dia duduk diatas sepeda motornya.
"Aku pikir naik angkot" tanyaku. "Jadi sekarang udah naik motor?"
"Kenapa?" dia menatapku. "Kangen naik angkot sama saya?" tanyanya.
"Hah?" pipiku seketika memerah. "Enggak tuh!" dan segera kubuang muka darinya. "Jadi ngapain nih?" tanyaku lagi.
"Ikut saya" dia menggandeng tanganku, mengajakku untuk naik keatas sepeda motornya, aku nurut, dan dia membawaku pergi siang ini, pergi entah kemana aku tidak tau. Sampai pada akhirnya aku kaget, dia membawaku kearea pemakaman.
Kami berdua turun. "Mau ngapain?" tanyaku.
Alana tersenyum. "Mau mengunjungi makam Almarhumah Mamamu, boleh?"
Aku terkejut, sedang apa juga dia ingin ke Makam Mama, namun segera kutepis semua perasangka negatif itu, mungkin dia ingin berdoa untuk Mama, dan aku rasa boleh, siapapun boleh kan berdoa untuk orang yang sudah berada di Surga?
"I-Iya" jawabku, aku ajak dia ke Makam Mama. Aku dan Alana bedoa dengan khusuk.
"Mama kamu kayak gimana orangnya?" tanyanya.
"Baik, Mama itu yang paling ngerti aku" jawabku. "Ya, seperti itulah.." aku usap air mata yang tak sengaja tumpah ketika kembali mengingat Mama.
"Sekarang ikut saya!" dia mengajakku, ke pemakan lainnya.
"Ini?" aku lihat ada tulisan Naya dinisannya. Jadi ini Naya. Ucapku dalam hati. Alana berdoa padanya, aku mengikutinya dari belakang.
"Nay kenalin cewek yang selalu saya ceritakan padamu" Alana melirikku, kemudian tersenyum. "Saya sering menceritakanmu pada Naya" ucapnya padaku.
"Aku?" aku menunjuk diriku sendiri. "Untuk?" tanyaku.
"Memperkenalkan orang yang saya suka" jawab Alana. Entah perasaan itu kembali muncul, aku tidak tau apakah perasaan ini hanya muncul sesaat, atau kembali dia hanya mempermainkanku.