Bab 6 : My Birthday gifts

2.9K 291 33
                                    


Pedang besar memasuki jangkauanku meluncur dari atas dengan momentum yang mengerikan. Menggenggam erat pedang itu adalah pak tua berjenggot, Kadhan yang baru saja mengayunkan pedangnya padaku dengan senyum sadis yang mengerikan setelah memberikan serangan tipuan yang menjauhakan jarak serang pedangku terhadapnya.

Serius? Apa kau ingin membunuhku pak tua?

Karena aku melihatnya dengan jelas aku pun menghindari serangan itu setipis kertas.

Kali ini ia akan menyerang dengan serangan menusuk dari pedang pendek di tangan kanannya. Jika aku shock dan terkejut dalam keadaan seperti ini aku yakin aku akan langsung terbunuh. Pak tua ini tidak bercanda, ia benar-benar ingin membunuhku.

Aku menghadapinya dengan tenang, melompat mundur dan menarik pedangku kembali ke lintasannya, lalu maju ke depan menghadapinya.

Kelebihan dari penggunaan dua pedang dan pedang besar di tangan kiri adalah akan menguntungkan dalam pertahanan tapi tidak untuk kecepatan.

Ini adalah keuntungan bagiku dan hasil dari kerja kerasku selama ini dalam melatih pedang, kekuatan dan kecepatanku. Aku melewati pertahanan pedang besarnya sekali lagi dan menjatuhkan dengan tendanganku pada ganggangnya. Aku melompat menahan pedang pendeknya dengan pedangku dan menendang tepat di wajahnya.

Aku tau, ini sama sekali bukan teknik pedang yang benar tapi ini cukup bagiku untuk menjatuhkan lawan yang lebih lambat dariku.

Aku menyelesaikannya dengan menodongkan pedangku di lehernya.

"Ini kemenanganku, Kadhan."

"Wuahahah, baiklah... ini kemenangan pertamamu... setelah 100 kali kelalahan, hahahaha."

100 kali kekalahan, memang memalukan... tapi kemenangan pertama setelah itu akan menjadi suatu pencapaian yang membanggakan.

Aku menyarungkan pedang bajaku yang biasa saja dan memasuki mansion.

**

Sudah 1 tahun sejak latihan pertamaku dengan Kadhan.

3 bulan pertama adalah masa-masa latihan neraka yang takkan pernah kulupakan. Bangun tidur aku berlari mengelilingi mansion 100 kali, lalu pendinginan dan sarapan, kemudian lari lagi lalu push-up puluhan kali, pull-up, back-up dan scot jump seterusnya berulang kali setiap hari. Waktu istirahat hanyalah saat makan dan tidur.

Rasanya fisikku benar-benar dilatih untuk melampaui batas dengan latihan ini dan menyesuaikan dengan hasil yang seharusnya. Aku merasa sedikit berbeda setelah tiga bulan seperti aku kehilangan rasa berat untuk benda-benda yang sebelumnya sulit untuk kupindahkan.

"Tuan muda... saatnya dadar kesukaanmu."

"Oh, Nerhy, kau tidak pernah lupa, terimakasih."

Itu adalah telur dadar biasa yang dimasak dengan bumbu bawang dan irisan sayuran biasa. Ternyata masakan lauk biasa seperti ini tidak di ketahui oleh warga kerajaan, mereka biasa memakan telur dengan merebusnya, atau mencampurnya dengan sup. Jadi aku mengajarkan resep dari telur dadar ini pada Ernha dengan menggunakan perasan buah Reshi yang biasa digunakan orang-orang untuk bahan olesan pada daging bakar sebagai pengganti minyak goreng.

Meskipun aku sudah hidup di dunia yang berbeda aku tidak akan bisa melupakan masakan rumah di kampung halamanku.

"Saya sudah mendedikasikan diriku hanya untukmu tuan. Tidak mungkin saya akan melupakan hal kecil seperti itu. Sebagai pelayan pribadi anda, saya harus memahami secara detail semua tentang anda."

"Hmm, ya ya... aku tau, kau sudah mengatakan itu puluhan kali."

Pertama kali aku mendengarnya, aku benar-benar malu. Aku bertanya-tanya apa ia selalu memahami sesuatu secara detail? Apa saja yang telah terjadi tanpa kusadari selama ini?.

Re-live In ArlogiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang