Bab 22 : Senjata baru

2K 205 51
                                    

"Jadi, Zoro ... bagaimana hubunganmu dengan teman barumu itu?" tanyaku pada Zoro.

"Hah, kami baik-baik saja, kadang-kadang aku bermain ke rumah Fany saat ia sedang libur bekerja. Memangnya ada apa master?." kata Zoro dengan polos.

"Oh ... tidak, tidak ada." Zoro masih terlalu kecil untuk topik ini, kupikir begitu.

"Jangan pernah menyakiti hatinya, Zoro dengar!" kata Alpha sambil berdiri di depan Zoro.

"Ya ya, kak Alpha."

Entah sudah berapa kali kami menanyakan soal Fani padanya dan itu tampak membuatnya bosan. Yah, Zoro saat ini masih di usia pertumbuhan kalau dikategorikan manusia ia sama dengan anak sd yang pikirannya masih dangkal.

"Val, perbaiki kuda-kuda mu dan coba serang aku dalam serangan dalam seperti sebelumnya."

"Baik."

Hari ini kami latihan pagi seperti biasa. Sekarang di markas kami hanya ada aku, Zoro, Alpha dan Valeria saja. Bersama dengan Valeria, aku melatihnya cara menggunakan belati dan sekarang kami berdua sedang beradu belati.

Nerhy tidak bisa berkumpul karena sibuk sedangkan Yopi dan Lina kabarnya mereka juga ada kesibukan dengan keluarga mereka.

CLANG

"Hah ... ugh, bagaimana?" tanya Valeria, setelah satu serangan darinya nyaris melewati pertahananku.

"Vale lumayan, kamu hampir mengenai bagian fatalku tadi." kataku.

"Ha, ma-maafkan aku." balas Vale yang tiba-tiba panik.

"t-tidak apa-apa ... itu perkembangan yang bagus untukmu." kataku

Valeria memang lambat dalam mempelajari teknik bertarung menggunakan senjata. Ia masih sering kaku dan ayunannya juga masih kurang kuat. Dibandingkan dengan yang lain, Valeria paling payah menggunakan belati. Tapi jika dibandingkan dengan anak biasa, kemampuan bertarungnya sudah diatas rata-rata.

Sebaliknya, Valeria sangat cepat memahami jika itu tentang sihir.

"Dan ... bagaimana dengan sihir barumu itu." tanyaku.

"Oh, ya aku sudah mempelajarinya, lihat Adel ..." Valeria mengambil kerikil di tanah dan menggenggamnya, sejenak kerikil itu bercahaya dan saat ia melepasnya kerikil itu melayang di udara bergerak dan berputar-putar.

"Ini adalah sihir enchant untuk membuat benda apa pun melayang dan bergerak sesuai kehendakku." Kata Valeria sambil mengendalikan kerikil itu.

"Telekinesis." gumamku tidak sadar.

"Tele ki nesis ? apa itu nama untuk sihir ini Adel?"

"Heh? ya ... mirip."

"Baiklah ... kalau begitu ini adalah sihir telekinesis!" Kata Valeria dengan semangat "Kata Kakek, jika aku bisa menguasai sihir Encant jenis ini, aku akan dapat mengendalikannya dari jauh tanpa perlu kusentuh."

"Y-ya ... yang seperti itu memanglah telekinesis." kataku. "Dengan telekinesis, kamu bisa mengendalikan benda apa pun dan dapat menyerang monster dari jauh dengan benda-benda itu."

Baru saja terpikirkan olehku, telekinesis adalah salah satu jenis kemampuan psikis dan bukan sihir. Tak terduga ternyata kakek tua Rogue itu punya sihir sehebat ini.

"Hm ... kakek juga bilang seperti itu, sedikit orang yang dapat menguasai sihir enchant ini ... rata-rata mereka hanya dapat mengendalikan batu-batu kerikir atau benda-benda kecil. Makanya kebanyakan pengguna Enchant hanya berfokus pada penguatan dan penguatan." Kata Vale "Jadi kakek berharap aku dapat menguasainya melebihi mereka."

Re-live In ArlogiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang