"Oi bocah apa yang kalian bicarakan, ayo cepat serahkan saja senjata dan perlengkapan kalian."
Hari ini, aku dan Valeria baru saja selesai membeli senjata baru dan ketika kami baru keluar tiga preman ini mengancam agar kami memberikan senjata kami pada mereka. Sekali pun mereka adalah ksatria resmi dalam nama, mereka tidak ada bedanya dengan bandit.
Dan ditengah itu semua, bukannya takut atau pun gentar, Vale malah berkeinginan mengetes senjata barunya. Berdiri dengan gagah, dalam tubuh kecilnya yang imut Valeria mengangkat tinggi staf sihirnya, Rugo.
"[Telekinesis]!"
Rugo bercahaya keemasan menerima aliran mana dari Valeria. Udara menjadi berat, batu-batu kerikil mulai terangkat, beberapa tong kayu di sisi pinggir jalan itu juga terangkat, semua benda terangkat melayang di udara.
"Yatta... aku berhasil mengangkatnya tanpa menyentuhnya." Valeria senang dengan keberhasilannya, tapi sepertinya musuh tidak senang sama sekali.
"A-apa yang coba kau lakukan?!" kata salah seorang yang sepertinya pemimpin dari mereka bertiga "Oi hentikan bocah sialan itu!" Dua orang maju dengan pedangnya, target mereka adalah Valeria.
"Zoro jangan biarkan mereka mendekati Vale!"
"Siap!"
Dengan menggunakan pedang biasa aku bersiap untuk menahan satu orang di sisi kanan dan Zoro juga berubah ke seukuran anjing menahan yang satu lagi yang datang dari sisi kiri. Setelah mengapraisal mereka sejenak, Alpha mengatakan tidak ada satu pun dari mereka yang bisa menggunakan sihir, jadi ini tidak akan sulit sama sekali.
Kami bersiap menyerang.
"Haa!"
Tapi sepertinya itu tidak perlu, karena batu-batu kerikil itu menyerbu mereka berdua yang penuh dengan bukaan. Valeria menyerbu habis kepala dan bagian atas tubuh mereka dengan batu kerikil yang terus berputar-putar.
Tidak ada kesulitan yang kupikir akan muncul di wajah Vale, batu kerikil yang berotasi tak berhenti menghujani mereka, bergerak di udara dengan mulus menyerang mereka dari setiap titik buta, Kedua preman itu tidak punya pilihan lain selain melindungi mata mereka yang terus saja menjadi target.
Valeria mengerakkan semuanya, bagaikan itu adalah bagian dari tubuhnya. Kemudian dengan tong kayu itu, ia menghantam mereka sampai terjatuh.
""Argh""
"Bocah sialan!!"
Pemimpinnya maju dengan pedangnya yang terangkat, mengincar Valeria. Tanpa perlu membalas makiannya aku maju menghadapinya.
KLANG
Pedang kami beradu.
"Kau berani melawanku yang seorang ksatria ini, Bocah!"
Mengambil kuda-kuda membungkuk dengan pedang yang sudah siap untuk ku tebas, aku menargetkan pedangnya berniat untuk membuka sikap pertahanannya. Aku akan meyerangnya saat itu juga.
"Mengancam orang lain untuk mendapatkan barang mereka, kalian tidak ada bedanya dengan bandit."
Tetapi tidak seperti yang kuharapkan, ia sempat menghindar dan mengatur ulang kuda-kudanya. Caranya bergerak benar-benar tampak seperti pro. Preman ini, cukup pandai menggunakan pedang.
"Hah ... kalau begitu rasakanlah pedangku ini!"
Mungkin ia memang seorang ksatria, bayaran. Yang bekerja dari uang para klien mereka. Kuakui pria ini memang kuat, tapi ia masih jauh lebih lemah dari mister Poli dan Kadhan.
KLENG
Lambat.
SYUT
Setelah berhasil memberinya sayatan dari pedangku, aku menepis pedangnya sampai terlepas dari tangannya, menendangnya sampai terjatuh telentang, melompat lalu berdiri tepat di atas dadanya dengan ujung pedangku di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-live In Arlogia
Fantasia[Isekai] [Fantasy] [Magic] [Adventure] Seorang anak sma biasa yang tidak memiliki tujuan setelah kelulusannya. Akhirnya memutuskan untuk melakukan reinkarnasi untuk mendapatkan kehidupan kedua. dengan idenya ia membuat sebuah rencana luar biasa neka...