17. About Nico

260 18 0
                                    

Nico POV.


Aku Nicole Carlson, anak bungsu di keluarga ku. Aku memiliki kakak perempuan yg 3 tahun lebih tua dariku. Ayahku memiliki saudara dan saudari yg juga sudah berkeluarga. Di antara mereka semua , hanya ayah dan ibu ku saja yg memiliki anak laki-laki, yaitu aku.

Sejak kecil, aku selalu hidup di manja. Ibu dan Ayah akan selalu berusaha keras untuk membuatku bahagia. Sayangnya aku adalah anak yg kurang berkembang. Sampai SD, aku belum bisa bicara seperti anak-anak lain pada umumnya. Aku sudah sangat terlambat untuk bisa bicara, bahkan semuanya ku anggap sudah terlambat.

Di sekolah, teman2 ku selalu mengejekku dengan ejekan "bisu" atau "idiot". Aku paham apa yg mereka ucapkan, tapi sulit sekali bagiku untuk mengeluarkan kata-kata. Setiap pulang sekolah aku  selalu menangis dan mengeluh pada Ibu dan Ayah. Mereka berdua mengetahui jika aku sering di ejek dan di bully di sekolah. Maka dari itu, aku akan pindah sekolah setiap tahunnya. Tercatat sudah 6 kali aku pidah sekolah selama SD. Setiap seminggu sekali aku di ajak teraphy di sebuah rumah sakit anak.

Seiring waktu berjalan, aku bisa sedikit-sedikit mengucapkan kata2 untuk berkomunikasi.

Hingga akhirnya saat aku lulus SD, aku memaksa Ibu dan Ayah agar menyekolahkannku di sekolah yg sangat jauh dari rumah. Niatku agar tidak bisa satu sekolah lagi dengan teman2 SD ku dulu.

Di hari perjalanan pendaftaran sekolah, Ayah Ibu dan Kakak beserta aku menuju luar kota di siang itu. Hujan gerimis saat itu membasahi jalan. Ayah terus menyetir meskipun sudah lelah.

Tiba2 saja mobil Ayahku kehilangan kendali, Ayah membanting stir ke kanan untuk menghindari mobil yg ada di depan. Namun naas, mobil kami jatuh dari tebing hingga tercebur di lautan. Kakak memelukku dengan erat saat itu, Ibu dan Ayah berteriak saat menghadapi maut itu.

Nafasku terasa sesak, bahkan aku hampir tidak bisa bernafas lagi. Rasanya dingin sekali.. sangat dingin.. Aku melihat bayangan Ayah di dalam air yg berusaha mengeluarkan kami satu persatu. Aku melihat Ibu dan Kakak yg terjebak di dalam mobil. Ayah memilih untuk menyelamatkan ku terlebih dahulu. Saat aku di bawa ke tepi, aku tak bisa mendengar apa yg di ucapkan Ayahku. Aku hanya melihatnya berlari ke dalam laut lagi. Ku pikir pasti dia akan menyelamatkan Ibu dan Kakak. Aku pun tak sadarkan diri saat itu.

Saat aku tersadar, aku sudah ada di rumah sakit. Aku bertanya dimana Ayah, Ibu dan Kakak ku kepada perawat yg ada disana. Mereka berkali-kali tak mengerti dengan apa yg aku ucapkan karena kekuranganku yg tidak lancar bicara. Setelah mereka paham, mereka pun berkata jika keluarga ku tidak bisa di selamatkan. Aku tak menyangka hal itu, aku hanya bisa berteriak menangis histeris.

Karena kematian mereka bertiga membuatku sangat terpukul, aku sering di berikan obat penenang oleh Bibi ku. Aku merasa sangat bersalah atas kejadian itu, coba saja aku tidak menginginkan sekolah di luar kota. Maka hal itu tak kan pernah terjadi.

Aku pun melanjutkan sekolah di kota tempat aku tinggal, kini aku tinggal dengan Paman dan Bibi beserta 2 saudari sepupu ku.

Aku sangat stress saat hari pertama sekolah, karena aku harus bertemu dengan orang2 yg aku kenal dulu di SD. Mereka semua menatapku dengan tatapan aneh, mereka semua mengingat kekuranganku yg tidak bisa bicara ini. Harapan bisa sekolah di sekolah baru, kini jadi kandas. Yg ada malah aku terus2an di ejek dan di bully. Padahal saat itu aku sudah bisa bicara lebih baik dari sebelumnya.

Di kelas, aku selalu di jauhi oleh teman2 ku. Hanya ada seorang gadis pemalu yg terus menghibur dan menemaniku. Dia lah Erika, gadis yg selalu melindungku. Erika selalu menjagaku dan membantuku bicara setiap waktu, dia bahkan tak membiarkan aku sendirian. Namun, aku selalu bersikap dingin padanya.

Aku memiliki phobia dengan kolam renang dan lautan gara2 kecelakaan itu.

Sampai akhirnya aku lulus SMP, aku memilih sekolah di luar kota. Saat itu , kemampuan bicara ku sudah jauh lebih baik karena aku sering pergi untuk teraphy.

Aku pergi jauh dan harus tinggal di sebuah rumah warisan Ayahku yg ada di luar kota. Aku merasa lega, karena setelah ini aku tak akan bertemu dengan teman lama di sekolah baru ku.

Saat hari penerimaan murid baru, aku terkejut mendengar suara seseorang memanggilku. Suaranya sangat tidak asing.. aku pun terkejut saat mengetahui Erika satu sekolah lagi denganku. Aku pun memilih untuk tetap dingin dengannya dan tak mempedulikannya, agar masa laluku yg sudah ku buang jauh2 tak akan kembali lagi. Erika sangat mengerti diriku, ia selalu bersikap baik padaku meskipun aku selalu menjauhinya.

Sejak pertama sekolah, aku melihat gadis yg selalu diam dan menyendiri di dalam kelasku. Aku sangat tidak suka dengannya karena mengingatkan ku dengan masa laluku. Aku pun memilih untuk membully nya, ditambah lagi aku adalah sang ketua kelas. Semua teman2 ku di kelas menuruti semua perkataanku. Inilah kehidupan sekolah yg kuinginkan.

Setiap harinya, aku memperbudak gadis yg bernama Veena itu. Aku serasa melampiaskan semua dendam2 ku yg dulu pada gadis itu. Aku merasa puas saat menyiksanya, sungguh aku puas.

Aku memilih menjadi pribadi yg pendiam dan dingin agar kekuranganku yg kurang bisa berbahasa bisa aku tutupi. Aku selalu belajar dengan giat agar aku bisa menjadi yg teratas, aku pun selalu mendapat nilai tertinggi di dalam kelas.

Seiring waktu berjalan, aku cukup tenar di sekolah karena ikut klub sepak bola dan futsall. Sahabatku Arlo dan Dion sangat setia menemaniku kemana-mana.

Saat memasuki tahun kedua di sekolah, aku membuat akun di suatu blog pribadiku. Aku sangat merasa kesepian jika di rumah maupun di luar sekolah. Kehidupan ku di sekolah dan diluar sangatlah berbeda jauh. Di blog itu, aku memakai nama samaran "Niel" dan mendapat teman beserta keluarga hanya di dunia maya saja. Kami semua selalu merahasiakan identitas masing2, namun kami sangatlah dekat dan saling mengisi. Hingga aku bertemu dengan pemilik akun bernama "Nana". Aku mulai pdkt dengannya dan akhirnya aku jatuh cinta padanya. Meskipun hanya di dunia maya, tapi rasanya aku merasakan perasaan yg nyata. Aku menembaknya dan memacari si "Nana" itu.

Setiap harinya kita berdua saling chattingan dan berbagi cerita. Dia selalu membuatku malu, senang, ngambek, rindu dan perasaan lainnya. Ku pikir aku sudah gila karena menyukai orang di dunia maya tanpa aku ketahui identitas aslinya. Tapi, aku tidak peduli akan hal itu.

Saat mengetahui kepsek mengadakan wisata ke pantai, aku sangat shock. Kaki ku gemetar hingga terasa sangat lemas. Aku mencoba tetap bertahan meskipun aku mempunyai kenangan buruk di lautan. Aku pun memberanikan diri bergabung dan bersenang-senang bersama dengan orang banyak agar phobia ku bisa kulupakan sejenak. Saat itu aku tetap mengingat kenangan pahitku, namun aku berusaha menutupi ketakutanku di hadapan semua orang.

Aku sangat terkejut saat Erika menyatakan perasaannya padaku dengan berani. Aku menolaknya , bukan karena aku tidak suka. Karena aku sangat malu pada diriku sendiri, seorang gadis memberanikan dirinya untuk menembak laki-laki. Sedangkan aku? Aku sangat pengecut dan aku hanyalah seorang pecundang.



Hingga di saat aku mengetahui identitas "Nana" yg sebenarnya, aku pun merasa frustasi. Aku tak menerima semua kenyataan itu. Orang yg selama ini aku bully sekaligus org yg aku cintai selama ini. Rasanya aku ingin bunuh diri saja.

Aku pun memilih untuk mengakhiri semuanya, membayangkan wajah aslinya saja membuatku sangat marah.

Aku terus mengasarinya, bahkan lebih dari sebelumnya. Aku bahkan menamparnya saat di atap sekolah, meskipun ia menangis. Aku tidak peduli! Tidak akan pernah peduli!

Kuharap aku bisa segera melupakan masalah ini.






- Nico POV end.




Tbc.
~~
Jngn lupa vote dan comment ya~
Maaf kalau banyak yg typo 🙏🏻
Pls jangan di baca doang, klik bintang nya juga ya :")




Untuk membaca cerita selanjutnya geser ke bawah atau geser ke samping.

I HOPE...[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang