25. Sweet Snow

295 16 0
                                    

Bulan Desember tiba, suhu dingin pun mulai meningkat drastis.

"Apa?!! Sampai musim dingin tiba kau juga belum menyatakan perasaanmu?!" Ucap Arlo dan Dion secara bersamaan.

"Yah mau bagaimana lagi?! Timing nya selalu tidak tepat tahu!" Ucap Nico.

"Kalau begini terus, perasaanmu tidak akan tersampaikan padanya." Ucap Arlo sambil berfikir.

"Nico, mau tidak mau kau harus segera menuntaskan ini!" Ucap Dion.

"Iya! Iya! Aku mengerti Hhhhhh..." Nico pun menghela nafas panjang.





Setelah pulang sekolah, Nico ingin pergi menjenguk Veena. Sebelum kesana, ia pergi ke sebuah toko bunga.

"Permisi.. A-anu.. A-aku ingin membeli bunga untuk seseorang, tapi aku tidak tahu harus beli yg mana." Ucapnya.

"Apa kau akan membelikan seseorang yg dekat denganmu?" Tanya sang penjual.

"M-mungkin." Jawab Nico.

"Sedekat mana kalian berdua? Apa sangat dekat?" Tanya pedangang itu lagi.

"Ku-kurasa begitu.." Jawab Nico lagi.

"Apa kau suka padanya? Apa dia suka padamu? Apa kalian pacaran? Apa kalian sudah pernah ciuman?" Pedagang itu malah banyak tanya.

"S-stop!! To-tolong pilihkan satu yg mana saja.." Sahut Nico yg mulai tersipu malu.

Pedagang itu pun memilih buket mawar merah dan putih untuk Nico. Setelah itu ia pun pergi.




Sampai di rumah sakit, Nico melihat kamar Veena dengan keadaan kosong. Bahkan kursi rodanya ada disana.

"Veena...? Apa kau sedang di toilet?" Nico mencoba memanggil-manggil namanya. "Tapi tidak mungkin ia ke toilet tanpa seorang perawat." Ujarnya lagi.

Saat itu Nico melihat Veena sedang ada di halaman, ia melihatnya dari jendela kamar Veena. Nico pun segera pergi menemuinya.

"Veena...? Kenapa kau sendirian??" Ucap Nico yg berjalan menghampirinya sambil menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya.

"E-eh? Kamu...?" Veena pun menoleh ke arahnya.

"Sepertinya kau sudah bisa berjalan lebih lama sekarang." Ucap Nico.

"Ini masih permulaan saja. Aku ingin segera bisa berjalan lagi." Sahut Veena.

"A-anu... A-aku membeli ini untukmu." Nico pun menyerahkan buket bunga mawar pada Veena.

Veena pun terkejut, wajahnya langsung merah merona. "Te-terimakasih.." Ucapnya malu-malu.

Di saat yg bersamaan, tiba2 saja salju mulai turun.

"Wah.. Saljunya sudah turun!" Ucap Veena senang.

"Bagaimana kalau kita masuk ke dalam? Suhunya sudah semakin dingin." Ucap Nico.

"Aku ingin disini lebih lama lagi. Please?" Ucap Veena.

Nico pun mengajaknya duduk di bangku yg ada di halaman rumah sakit. Salju masih turun belum begitu lebat.

"Apa kau tidak kedinginan?" Tanya Nico pada Veena.

"Sedikit.. Heheheh.." Jawab Veena.

Nico pun langsung menggosok-gosok kedua telapak tangannya. Kemudian ia menempelkan kedua telapak tangannya di pipi Veena. Wajah Veena yg dari tadi terus merona, kini terasa sangat hangat.

"Tangannya hangat..." Gumam Veena sambil menatap Nico.

Nico terus mengulangnya, dan terus menempelkan tangannya di pipi Veena berkali-kali agar Veena merasa hangat.

I HOPE...[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang