Setelah seminggu berlalu, Nico pun kembali bersekolah. Ia tidak diijinkan mengikuti kegiatan ekskul selama lukanya belum pulih.
"Bagaimana keadaanmu, Nico?" Ucap Arlo.
"Kurasa sudah lebih baik." Ucap Nico.
"Bagaimana dengan keadaan gadis itu? Apa ia masih di rawat di rumah sakit?" Ucap Dion.
Nico pun mengangguk mengiyakan pertanyaan Dion.
Saat pulang sekolah, Nico ingin sekali menjenguk Veena di rumah sakit. Namun ia tak ada keberanian dan ia merasa sangat malu menampakkan diri di depan Veena.
Veena pun masih di rawat di ruangan yg sama, ia sudah sadar. Keadaannya membaik, namun ia mengalami kelumpuhan sementara. Ia bisa sembuh dalam waktu yg cukup lama. Ia pun terus melamun menatap ke arah jendela.
"Apa yg kau lihat disana, Kak?" Ucap Xavier.
"Bukan apa-apa." Kini mata Veena pun tertuju pada Xavier.
"Kuharap kakak bisa segera sembuh." Ujar Xavier.
"Terimkasih.." Sahut Veena.
Saat di sekolah, Xavier di hadang oleh Nico di depan kelasnya.
"Ba-bagaimana keadaannya?" Ucap Nico.
"Jika kau ingin mengetahui keadaannya, lebih baik kau temui saja dia." Ujar Xavier.
"Aku tidak mau.." Celetuk Nico.
"Dasar pengecut!" Xavier pun melangkah pergi setelah megucapkan hal itu.
Nico terdiam, ia terus memikirkan perkataan Xavier tadi.
Selama Veena tidak ada, Nico mulai mengatur kelasnya. Ia memberi tugas kepada teman2nya semua saat piket. Bahkan ia membawa tumpukan buku yg biasanya di kerjakan oleh Veena seorang.
"Dia tiba-tiba berubah sejak kejadian itu..." Ujar Arlo pada Dion.
"Apa Veena membawa pengaruh padanya?" Ucap Dion.
"Entahlah." Jawab Arlo.
Pulang sekolah, Nico hanya duduk melihat teamnya yg sedang latihan. Ia ingin sekali segera sembuh agar bisa latihan lagi.
Setelah itu, ia pun kembali ke kelasnya yg sudah kosong. Ia berjalan menghampiri bangku Veena.
"Aku ingin dia kembali..." Gumamnya.
Ia pun terus menatapi bangku itu sambil merenung.
Saat selesai mengganti sepatu di loker, ia pun menoleh ke loker sepatu milik Veena. Ia terus berulang kali membaca nama yg tertera disana.
"Sebaiknya aku temui dia secara langsung." Gumamnya, ia pun segera pergi.
Nico pun berjalan menuju suatu tempat. Hingga sampai di depan sebuah rumah sakit.
Di depan kamar rawat Veena, ia mendengar suara Veena sedang bercanda dengan Xavier saat itu. Ia pun mengurungkan niatnya saat mendengar mereka berdua sedang bersama.
Sesampainya di rumah, Nico berjalan menuju kamarnya. Sebelum itu, ia terus memandangi foto Ibu, Ayah dan Kakaknya yg terpajang di sebuah ruangan khusus.
"Ibu.. Ayah.. Kakak.. Kenapa hidupku jadi berantakan seperti ini?" Gumamnya dengan ekspresi sedih.
Malam itu, Nico mengurung diri dikamar. Terdengar ia juga menangis saat itu.
Setiap harinya, Nico berusaha mengatur kelasnya agar tertib. Ia yg biasanya pendiam kini jadi lebih aktif di kelas.
Setiap pulang sekolah ia selalu hendak menjenguk Veena, namun niatannya jadi hilang karena Xavier selalu mendahuluinya.Hingga suatu ketika, Nico menitipkan surat untuk Veena pada Xavier.
"Tolong berikan padanya." Ucap Nico.
"Ah.. Iya.." Xavier pun membawa surat itu bersamanya.
Sebelum masuk ke kamar Veena, Xavier membuka surat milik Nico itu. Ia pun membaca isinya.
Bagaiaman keadaanmu? Ku harap kau bisa segera sembuh... Maafkan aku atas perlakuan ku padamu selama ini. Aku benar-benar menyesal. Aku tahu jika kau takkan pernah memaafkanku.. tapi aku juga ingin berterimakasih padamu karena sudah menolongku saat itu , sampai kau mempertaruhkan nyawamu. Aku sungguh berterimakasih. Aku sudah membuat akun baru lagi. Bisakah kau menghubungiku nanti? Aku memakai nama sama seperti yg dulu.. kuharap kita bisa bicara lagi. - dari Nico.
Xavier langsung merobek-robek kertas itu setelah membaca isinya lalu membuangnya di tong sampah. Ia pun segera masuk ke dalam untuk menemui Veena.
Seharian itu Nico terus menggenggam handphone nya. Ia terus mengcek pesan masuk di akunnya itu, namun tak ada satupun pesan masuk dari Veena.
"Apa suratnya sudah ia baca ya?" Gumamnya.
Suatu ketika, Nico pergi ke rumah sakit. Ia memberanikan diri masuk ke dalam ruangan Veena namun tak ada orang disana. Suster memberitahunya jika Veena sedang berjalan-jalan di luar dengan seseorang. Ia pun segera pergi untuk melihatnya.
Dihalaman rumah sakit, terlihat Xavier sedang duduk bersama Veena yg saat itu duduk di atas kursi roda. Mereka berdua duduk saling berhadapan, dan terlihat juga saling mengobrol akrab.
"Mungkin tidak ada kesempatan lagi.." Gumam Nico, ia pun pergi dari sana.
Sampai di rumah, entah kenapa Nico tiba2 menangis saat melihat bayangannya di cermin.
"Siapa aku? Apa aku pantas di perjuangkan?!! Aku salah besar menyia-nyiakannya..." Ucapnya sambil menangis.
"Kumohon... Aku ingin bicara dengannya sekali saja... Kumohon..." Lanjutnya.
Di sekolah, mata Nico terlihat lebam.
"Kenapa matamu lebam begitu? Apa yg kau tangisi?" Ucap Dion.
"Yaampun.. Apa seorang Nico juga bisa menangis?" Sambung Arlo.
Saat Nico menoleh mereka berdua, terlihat matanya mulai bekaca-kaca. Mata kanannya pun mulai meneteskan air mata.
"Aku rasa.... aku ingin dia kembali..." Celetuknya.
"Hah?!!!!!" Dion dan Arlo pun terkejut saat mendengar Nico bicara begitu sambil menangis.
Tbc.
~~
Jngn lupa vote dan comment ya~
Maaf kalau banyak yg typo 🙏🏻
Pls jangan di baca doang, klik bintang nya juga ya :")Untuk membaca cerita selanjutnya geser ke bawah atau geser ke samping.d
KAMU SEDANG MEMBACA
I HOPE...[COMPLETED]
Romance(18+) ‼️Veena adalah gadis yg suka di bully oleh teman sekelasnya. Kehidupannya sangat berat di sekolah maupun di rumah. Di rumah, Ibunya suka menyiksanya. Banyak yg ia harapkan selama ini. Kehidupannya sedikit berubah ketika bertemu dengan seseoran...