19. Don't worry

278 17 0
                                    

Pulang sekolah, Xavier menunggu Veena di depan sekolahan.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama.." Ucap Veena.

"Tidak masalah. Ayo? Aku akan mengantarmu sampai ke tempat kerja." Ucap Xavier.




Di perjalanan, Xavier terlihat terdiam tidak seperti biasanya. Veena pun juga ikut diam saat itu. Hingga akhirnya Xavier memulai pembicaraan.

"Kak.. Maaf soal yg kemarin.. soal ciuman ... itu.." Ucapnya tersipu malu.

"A-a-a-aku su-su-sudah me-melupakannya. Ja-jangan khawatir." Ucap Veena terbata-bata.

Mereka berdua tiba2 terus bicara saling menyahut dengan gugup dan malu karena saling salah tingkah gara2 mengingat kejadian yg kemarin itu.

Sampai di tempat kerja, Veena pun segera mengganti seragamnya. Xavier pun saat itu mengecek keadaan Caffenya. Kini ia benar2 serius akan berbisnis.

"Xavier.. apa kamu akan terus disini sampai Caffe tutup?" Ucap Veena.

"Tidak. Aku akan segera pulang setelah mengecek ini." Sahut Xavier sambil menulis di logbook.

"Baiklah.." Ucap Veena.

Setelah Xavier pergi dari sana, tiba2 saja Veena teringat dengan kejadian itu lagi. Wajahnya pun memerah.

"Yaampun... Tolong jangan ingat2 itu lagi.... A-apa karena ini adalah ciuman pertamaku?! Omg! Omg!" Gumamnya sambil menepuk-nepuk pipinya.





Saat jam kerjanya sudah selesai, ia pun beranjak pergi dari Caffe. Ia melihat Xavier yg berdiri di depan sana, ia pun menghampirinya.

"Xavier? Apa yg kamu lakukan disini?" Ucapnya.

"Tentu saja aku menunggumu." Ucap Xavier tersenyum.

Mereka berdua pun melangkah pergi dari sana. Sepanjang perjalanan, suasana mereka masih terasa canggung.

"A-anu Kak.. Maaf kalau aku ikut campur, tapi apa aku boleh mengetahui bagaiman hubunganmu dengan Niel?" Ucap Xavier.

Veena pun terhenti saat mendengar pertanyaan itu. "A-aku... Masih belum ada kabar darinya!" Ujarnya yg berusaha memasang senyuman.

Xavier pun terdiam. Ia tak menyangka jika Veena akan menutupi masalah itu darinya.

"Aku sudah tahu .. Niel adalah Nico." Celetuknya.

Veena pun sangat terkejut. "Ba-bagaimana kamu bisa mengetahui itu?"

"Itu tudak penting. Jujur.. aku kecewa denganmu, Kak. Kamu menyembunyikan hal itu dariku, aku berusaha tak membahasnya dan ingin kamu yg mengatakannya langsung padaku." Ujar Xavier.

"Ma-maafkan aku.. Aku tidak ingin membuatmu kesusahan lagi.. Maafkan aku." Ucap Veena yg merasa bersalah.

"Apa ada hal lain yg kakak sembunyikan dariku?" Sambung Xavier.

Veena pun menundukkan kepalanya, kemudian ia menggelengkan kepala menandakan jika tidak ada yg lagi ia sembunyikan.

"Apa kau yakin tidak ada?" Ucap Xavier dengan tegas.

Sekali lagi Veena menggelengkan kepalanya. Xavier pun melangkah mendekatinya, ia pun menarik tangan Veena agak kasar.

"Lalu apa ini?!!! Sayatan di tanganmu?!! Apa?!! Bisakah kau menjelaskan ini padaku??!" Ucap Xavier dengan nada tinggi.

Veena benar2 tak menyangka jika Xavier bisa mengetahui hal yg selama ini benar2 rahasia di dalam hidupnya. Veena pun menangis.

"Maafkan aku... Maafkan aku.. Tolong maafkan aku ... hiks.. hiks.. aku tidak bermaksud menyembunyikannya dari mu... hiks..." Ujarnya.

Xavier langsung memeluknya, ia bahkan hampir menangis saat itu.

"Aku hanya ingin kakak lebih terbuka lagi padaku. Aku tidak ingin kau menanggung semua masalahmu sendirian..." Ucapnya.

"Xavier....!!!!" Veena pun mendekap Xavier dengan erat. Ia terus menangis di dekapannya.

Xavier pun mengajaknya diduk di sebuah taman. Ia terus menggenggam tangan Veena.

"Sebenarnya ini adalah kebiasaan buruk ku. Aku akan selalu menyayat tangannku jika aku sedang stress.." Ucap Veena yg mulai menceritakan tentang sayatan itu.

"Aku menegerti.. Tapi, bisakah kakak menghentikan kebiasaan buruk itu?" Ucap Xavier.

"Aku tidak yakin." Jawab Veena.

"Aku akan membuatmu berhenti untuk melakukan itu. Tolong jangan menyakiti diri sendiri.. kumohon.." Ucap Xavier, kini matanya menatap ke arah Veena dengan penuh perasaan.

"Terimakasih.. Selalu saja aku menyusahkanmu." Sahut Veena.

"Sebelumnya aku minta maaf, apa kakak bisa melepaskan mantel dan jaketmu sebentar? Tolong tunjukkan tanganmu padaku." Ucap Xavier.

Veena agak ragu melakukannya, namun ia pun melepaskan mantel dan jaketnya perlahan satu persatu.

Terlihat kedua tangannya banyak sayatan, apalagi semua luka itu terlihat baru dan masih basah. Xavier sungguh tak menyangka tangan putih Veena banyak luka bekas sayatan, bahkan bekas2 luka juga banyak. Ia sangat prihatin dengan keadaan tangan Veena yg terlihat hancur.

"Apa kakak tidak merasa sakit?" Celetuk Xavier.

"Tidak. Malah aku merasa sedikit lebih tenang saat melakukannya." Ujar Veena.

Xavier pun mengerutkan keingnya, sekarang ia benar2 ingin menjaga Veena dengan baik.




Saat di stasiun, mareka berdua akan berpisah disana.

"Xavier. Apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu selalu membuang-buang waktumu untuk ku?" Ujar Veena.

"Sejak pertama mengenalmu, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu menjagamu." Ucap Xavier.

Veena pun merasa terharu, rasanya ia tak ingin kehilangan orang yg ada dihadapannya itu. "Tapi Xa-"

"Jangan khawatir." Ucap Xavier yg mulai memotong pembicaraan Veena. "Aku sungguh tidak apa-apa. Pokoknya jangan khawatir, ok?" Ujarnya.

Veena terus menatap Xavier dan ia pun mengangguk kan kepalanya mengiyakan perkataan Xavier.


Saat itu, ada sebuah kereta yg baru saja melintas di stasiun. Di dalam sana, ada Nico yg tak sengaja melihat Veena dan Xavier saling bertatapan meskipun hanya sepintas. Tiba2 ia merasakan hal yg aneh di dalam hatinya.

"Apa yg terjadi pada diriku..?" Gumamnya sambil menyentuh dadanya.









Tbc.
~~
Jngn lupa vote dan comment ya~
Maaf kalau banyak yg typo 🙏🏻
Pls jangan di baca doang, klik bintang nya juga ya :")




Untuk membaca cerita selanjutnya geser ke bawah atau geser ke samping.

I HOPE...[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang