[28] :: Bahagia yang Sederhana

145 8 44
                                    

N o w  P l a y i n g

Selamat mengikuti kisah si dingin Keenan!

BAB Dua Puluh Delapan|Bahagia yang Sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB Dua Puluh Delapan|Bahagia yang Sederhana

"Setiap orang harus punya mimpi. Dan setiap orang juga harus bertanggung jawab untuk menjadikan mimpinya menjadi nyata."

❄️❄️❄️

Pertama kali Keenan turun dari motor dan menginjakkan kakinya di halaman panti asuhan, ia sudah disambut beberapa anak kecil yang tiba-tiba saja datang mengerumuni Kenzie.

Keenan tidak bisa untuk tidak menahan senyumannya. Kenzie tampak kelimpungan ditarik-tarik oleh anak berumuran enam tahun ke atas itu.

Keenan berjongkok, menyetarakan tinggi tubuhnya dengan beberapa anak-anak kecil di sekitar Kenzie. "Hai!" sapa Keenan.

Atensi mereka teralihkan untuk melihat ke arah Keenan. Kenzie tersenyum diam-diam melihat Keenan yang tampak asyik bercanda dengan anak-anak kecil tersebut. Kekasihnya itu tampak terlihat bahagia sekali.

"Main bola?" tanya balik Keenan saat ia diajak bermain bola.

"Jangan, main boneka aja. Kakak main boneka yuk Kak, sama aku."

Keenan tersenyum tipis, dua anak kecil itu malah berdebat. "Nggak! Kamu main boneka sendiri aja sana," ujar Rian sambil mendorong pelan anak kecil yang lainnya bernama Caca.

"Eh, Rian nggak boleh begitu." Keenan menengahi, di sampingnya sekarang sudah ada Kenzie yang juga berjongkok untuk menemani Caca.

"Lian jahat!" Caca mulai menangis, saat itu juga Kenzie meminta izin kepada Keenan untuk masuk ke dalam panti asuhan seraya menggendong Caca dalam pelukannya.

Keenan geleng-geleng kepala. Kalau ia dulu punya adik, apa akan seperti ini ya?

"Rian lain kali nggak boleh begitu lagi ya?" pinta Keenan sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

Rian hanya mengangguk-angguk lemah. "Janji?" Ia lalu menautkan jari kelingkingnya dengan milik Keenan. "Janji."

Keenan kemudian menegakkan tubuhnya lagi, ia bangkit berdiri. "Ayo, main!" ajak Keenan dan langsung disambut sorakan senang oleh Rian dan teman-temannya.

Kenzie yang masih menenangkan Caca di atas sofa diam-diam memperhatikan Keenan yang sedang bermain bola. Kekasihnya itu terlihat mengalah sesekali, membiarkan anak kecil memasukkan bola ke dalam gawang yang dibatasi dengan sandal.

Sudut bibirnya semakin tertarik ke atas, Kenzie merasa bahagianya ternyata sederhana.

"Kak! Kakak liatin Kakak cowok itu ya?" sahut Caca menyadarkan Kenzie dari lamunannya.

TLS [2] - Keenan, Kenzie, dan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang