Delapan Belas

10.1K 620 65
                                    

¤ Happy Reading ¤


“Daddy mana mommy? Kok belum kelar sih dandannya.” Tanya Artha yang kini sedang menunggu kedatangan Ardenia.

“Prilly yang wisuda aja udah siap daritadi. Eh yang cuma nemenin aja lama banget dandannya.” Ucap Prilly dengan wajah kesalnya.

Andrean mengendikkan bahunya, “Mommy kamu kan gitu, ribet sendiri.”

Hari Minggu ini, Prilly akan melangsungkan wisuda S1-nya. Wisuda Prilly dilangsungkan di ballroom universitasnya. Sudah lebih dari 15 menit, Prilly, Andrean, dan Artha menunggu kedatangan Ardenia yang masih sibuk berkutik dengan alat-alat make upnya.

“Daddy, susul mommy gih. Bisa-bisa Prilly telat ini.” pinta Prilly kepada Andrean yang sibuk membaca koran.

Andrean menutup koran yang ia baca dan meletakkannya di meja. Tanpa menjawab ucapan Prilly, Andrean bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya.
Belum sampai dirinya menaiki tangga, tubuh Ardenia muncul dari belokan tangga dengan tangan yang membawa tas kecil dan tersenyum manis menatap wajah suaminya yang sudah terlihat masam.

Ardenia memeluk lengan Andrean dan berkata, “Maaf ya King, udah nunggu lama.” Andrean hanya menganggukan kepalanya singkat dan melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Ardenia lalu berjalan menghampiri Artha dan Prilly yang sudah lama menunggu.

“Maaf ya Prilly, Artha sebenarnya mommy udah selesai dari tadi  tapi waktu mau ngambil tas mommy gak sengaja nyenggol botol parfum milik mommy jadi tadi mommy beresin dulu.” Ucap Ardenia dengan nada sendunya.

“Iya gak papa mommy.” Jawab Prilly dan Artha bersamaan.

“Ya udah yuk berangkat.” Ajak Andrean.

》》》

“Anjir Prilly, lo lama banget sih gak tau apa gue gelisah nungguin lo. Takutnya lo telat.” Omel Fera saat bertemu dengan Prilly di depan pintu masuk ballroom.

“Sorry ya, tadi gue nungguin mommy gue dulu.” Ucap Prilly.

“Ya udah ayuk masuk, mana orang tua sama kakak lo?” tanya Fera sambil berjalan masuk ke dalam ballroom.

“Masih nyari parkir, tadi gue minta turun langsung soalnya kan acara bentar lagi mulai.” Jawab Prilly sambil berjalan menyamai langkah Fera. Fera menganggukan kepalanya paham.

“Kok gue gak liat Aliudin? Kemana dia?” tanya Fera setengah berbisik ke telinga Prilly karena sekarang rektor kampus itu tengah memberi sambutan dan sedikit pidato.

Prilly mengendikkan bahunya, “Gak tau gue, padahal dia udah gue kasih tau. Dia juga udah janji buat dateng.” Prilly menyisir ruangan ballroom itu untuk mencari keberadaan Ali, “Arka mana?”

“Dia dateng agak telat soalnya dia kejebak macet.”

“Gue otw kesini gak macet tuh.”

“Dia dari bandara, tadi pagi barusan sampai sini semalem dia ada meeting di Yogyakarta.”

“Gila! Gak capek apa tunangan lo. Bukannya malah istirahat eh langsung nyamperin lo.”

“Tau tuh, padahal gue udah bilang gak usah tapi dianya ngeyel ya udah pasrah gue.”

》》》

“Traktir gue dong Prill.” Pinta Fera dengan wajah sok imutnya.

“Ogah, bokek gue.” Jawab Prilly.

“Lo mah gitu jahat sama gue!” Fera memasang wajah masamnya dengan tangan yang dilipat di depan dada. “Lo kan dapet IPK tertinggi Prilly. Ayolah sekali-sekali lo traktir gue.”

CAPTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang