Tiga Puluh

10.3K 582 28
                                    

¤ Happy Reading ¤

Berlin, Jerman.

Prilly telah menginjakkan kakinya di bandara yang ada di kota Berlin. Sekarang Prilly, tengah menunggu jemputan dari Jessi. Jessi sudah berjanji akan menjemputnya jika ia sudah sampai di bandara. Namun, hingga 10 menit Prilly menunggu tak ada tanda-tanda dari kedatangan Jessi. Prilly sedari tadi menghubungi Jessi melalui telpon atau chat, tapi tidak ada balasan apapun dari Jessi. Hingga teriakan dari arah belakangnya membuat Prilly menolehkan kepalanya. Prilly memandang seorang yang memanggilnya dengan tatapan tajamnya lalu ia berbalik badan menatap seorang yang memanggilnya kini sudah berada di depannya dengan nafasnya yang ngos-ngosan karena telah berlari. Prilly kembali memasukkan ponselnya ke dalam sling bag yang ia pakai.

"Lo tuh selalu telat kalo jemput gue!" omel Prilly kepada Jessi yang kini tengah mengatur nafasnya.

"Udah untung gue jemput lo!" balas Jessi sambil menatap Prilly dengan tatapannya yang tajam.

Prilly berdecak kesal lalu mengambil koper miliknya yang ada di sampingnya dan pergi meninggalkan Jessi.

Jessi mulai mengikuti Prilly di belakangnya "Woi! Gue ditinggal lagi, kagak tau terima kasih banget." Jessi berjalan dengan tempo yang agak cepat hingga langkahnya bisa menyamai langkah Prilly.

Prilly menolehkan kepalanya, "Makasih Baby." [baca:babi]

"Anjir, cantik-cantik gini di bilang babi." Jessi menatap Prilly sebal.

Prilly terkekeh geli.

"Iya-iya yang cantik. Makasih ya udah repot-repot jemput gue." Ucap Pilly dengan merangkul tubuh Jessi menggunakan tangan kanannya.

Jessi membalas rangkulan Prilly, "Iya sama-sama. Inget ya! Gak ada kata repot dalam persahabatan kita. Oke!"

"Oke!"

Tak terasa mereka sudah sampai di tempat mobil milik Jessi diparkir dengan segera Prilly meletakkan koper miliknya di bagasi belakang dan berjalan menuju pintu depan. Lalu Jessi pun mulai mengendarai mobilnya meninggalkan parkiran bandara untuk menuju apartemen.

---

'Ting tong'

Suara bel yang berbunyi di pagi hari membuat Prilly yang sedang masak untuk sarapan di dapur merasa terganggu. Sedangkan Jessi masih bergumul dengan mimpi dan selimut tebalnya. Tetapi, tiba-tiba Prilly dikejutkan dengan suara orang yang sedang membuka pintu kulkas, sontak Prilly menolehkan kepalanya menuju kulkas itu berada.

"Yaampun, lo itu ngagetin orang aja sukanya!" omel Prilly lalu kembali fokus memasak.

"Habisnya ada orang yang ngebel gue kan jadi kebangun." Ucap Jessi sambil meminum susu yang tadi ia ambil dari kulkas.

"Oh iya! Sana lo bukain pintunya."

Jessi langsung melangkahkan kakinya meninggalkan dapur dan menuju pintu utama.

"Yaampun, pangeran dari negeri dongeng mana nih yang nyasar ke sini? Ganteng banget coyy." Batin Jessi ketika sudah membuka pintu dan menampakan wajah seorang pria yang sedang berdiri dengan kedua tangannya yang ia masukkan di kedua saku celananya.

Lelaki itu menepuk pundak Jessi, membuat Jessi sadar dari lamunannya.

"Mau cari siapa ya?" tanya Jessi dengan gayanya yang dibuat kalem.

"Prilly ada?" jawab lelaki itu.

"Masuk aja, Prillynya lagi masak." Ucap Jessi sambil menggiring orang itu untuk masuk ke dalam apartemen Prilly.

CAPTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang