2

4.3K 624 110
                                    

Who are you?








Bruk

"AAarrggghh!!!"

Sooyoung terduduk lemas dengan tangan menutup mata sementara Chaeyoung segera berbalik. Ia tak sanggup melihat apa yang ada dihadapannya. Yerim nampak terkejut namun ia tak merasa takut. Sedikit siluet tertangkap oleh Yerim, gadis itu mendongakkan kepala. Gedung bertingkat delapan.

"Guys, panggil keamanan, aku pergi!"

"Ya!! Kim Yerim eodiga?!!! Kim Yerim!!!" seru Chaeyoung berusaha menahan Yerim agar tak pergi. Matanya berkaca-kaca dan Sooyoung sudah menangis ketakutan.

Chaeyoung berjalan mundur mendekati Sooyoung. Ia segera duduk dan memeluk sahabatnya yang tubuhnya bergetar. "Gwenchana. Jangan seperti ini."

"Wae? Nugu?"

"Molla," lirih Chaeyoung. Ia mengambil ponsel dan memanggil call center kepolisian melaporkan apa yang terjadi. Setelahnya ia kembali memeluk Sooyoung. Badan kedua gadis itu sama-sama terasa lemas, tapi Sooyoung terlihat sangat ketakutan dibanding Chaeyoung.


.


Yerim berlari dan berlari memasuki gedung fakultas kedokteran yang bersebelahan dengan gedung tempat kuliahnya. Dan ia tak menyangka, ketika berjalan melewati gedung itu terdapat hal yang tak ingin ia lihat. Yaitu jatuhnya mayat dari atap gedung kedokteran.

Gedung itu cukup sepi dan tenang. Tak heran karena mahasiswa kedokteran suka berdiam diri di tempat praktek, laboratorium atau perpustakaan. Mereka tak begitu suka membuang-buang waktu dengan mengobrol atau melakukan hal lain selain belajar.

Yerim sudah berada di lift dan menekan tombol delapan. Menuju lantai paling atas. Ia hanya berharap bisa bertemu dengan siluet itu dan menangkapnya.

Tring

Lift terbuka. Yerim bergegas keluar. Dan berlari menuju pintu yang akan membawanya kea tap gedung. Yerim menoleh. Pintu lift tertutup bersamaan dengan Yerim yang menoleh ke belakang.

"Apa ada orang yang masuk lift? Aku tak melihat seseorang menunggu lift. Tapi.... Ah molla!"

Kriet

Gadis itu telah berada di atap. Ia berlari menuju tempat yang terdapat bercak-bercak merah mencurigakan. Bercak merah yang masih baru.

"Darah?" gumam Yerim. Ia melongok ke bawah. "Iya. Orang tadi terjatuh dari sini. Tapi, kalau terjatuh biasa, harusnya bercak darah tak ada disini."

Ia berlari mencari sosok yang bisa membawanya pada jawaban, kenapa semua bisa terjadi.

"Apa lift tadi turun membawa orang itu?" Yerim berpikir sejenak. "Aish! Sial!"

Yerim segera berlari. Ia berlari secepat mungkin dan kini berada dihadapan lift. Menekan tombol lift berkali-kali.

"Baru sampai lantai enam dan ini akan lama. Tak ada jalan lain," ia melepas flatshoes, karena takut akan terlepas ketika berlari, lalu mencari pintu tangga darurat.

Yerim berlari menuruni tangga dengan cepat berharap ia bisa menangkap sosok orang yang membuat orang lain terjatuh dari atap gedung yang cukup tinggi itu. Tak ada alasan khusus kenapa Yerim melakukan itu. Ia hanya ingin menjadi berguna meski terkesan ceroboh.

13 PSYCHO √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang