13

2.7K 456 67
                                    

Good Day








Seokjin menatap tajam lelaki di hadapannya seolah ingin menelannya bulat-bulat. Rasa penasaran tersirat membuat lelaki yang didampingi oleh lelaki lain itu tersenyum tipis.

"Get out, Jim.. let me talk to him."

Mendapat perintah demikian, lelaki bermata sipit yang setia mendampinginya undur diri tanpa protes sedikitpun. Memilih menunggu diluar sesuai perintah.

"Long time no see, hyung..."

Mengangguk. Hanya itu yang Seokjin beri sebagai tanggapan atas sapaannya.

"Apa kau masih mengingatku?"

"Apa ada alasan khusus yang membuatku harus mengingatmu?" tanya Seokjin ketus.

"Hyung.. kenapa kau ketus padaku?"

"Jeongsan... apa aku harus menyambutmu dengan ramah dan tersenyum haru? Apa aku harus meraih tangan dan memelukmu? Kau nampak sangat baik-baik saja sementara dia sangat menderita. Kau nampak menjadi manusia sempurna dan tak kekurangan apapun..."

"Hyung, jebal... jangan katakan itu... Aku bukan manusia sempurna. Aku nampak sempurna tapi hatiku rapuh dan kesepian... Aku memikirkan eomma, appa, dan kedua adikku. Bagaimana keadaan mereka, hyung?"

"Kau sungguh ingin tau keadaan mereka? Setelah berlari dan meninggalkan rumah sendirian?"

"Hyung, aku menyesal... Aku bahkan juga tertekan saat itu. Tolong pertemukan aku dengan mereka... jebal, Hyung..."

"Jeongsan, apa kau sungguh-sungguh ingin bertemu dengan mereka?"

Jimmy Cho mengangguk. Ia ingin melihat keluarga yang telah lama ditinggalkan dari dekat. Ingin sekali ia merasakan kehangatan pelukan dari keluarganya meski kecewa karena Seokjin sedikit kurang ramah.

.

Membeku. Dunia serasa terhenti berputar karena melihat nama yang tertera pada guci yang berada di balik pintu kaca loker. Foto keluarga yang tersenyum cerah dan menunjukkan kebahagiaan seperti mengatakan bahwa mereka memang telah bahagia.

Jimmy tak kuasa menahan air matanya. Ia berlutut dan menangis merasa sangat terlambat mengetahui kenyataan yang ada. Andai dia tetap tinggal bersama keluarganya, dan bersikap layaknya seorang anak pertama, apa dia juga akan ikut bahagia? Bahagia karena namanya tersemat bersebelahan dengan nama-nama keluarganya...

"Aasshhh," Jimmy meremas dadanya disela-sela ia menangis. Tiba-tiba rasa nyeri menghampiri.

Seokjin masih terdiam. Ia juga tak mengerti harus bagaimana karena mereka masih sangat canggung. Ada rasa bersalah terlalu ketus pada kakak kembar Jungkook tapi, mengingat ia hanya menemukan Jungkook yang tak sadarkan diri dan keadaan keluarganya yang menyakitkan tanpa Jeongsan membuat hati Seokjin kesal.

Jimin segera berlari dan membantu Jimmy untuk mengambil sesuatu dari kantung. Tabung kecil berisi butiran obat yang berwarna putih.

"Terkadang keras kepala dibutuhkan. Apa jadinya jika aku membiarkanmu pergi sendiri?" Jimin memberikan omelan pada Jimmy karena sebelum berangkat ke rumah peristirahatan, mereka sempat berdebat. Jimmy ingin pergi berdua dengan Seokjin dan menutup rahasia masa lalunya, tapi Jimin bersikeras ikut karena khawatir dengan Jimmy.

13 PSYCHO √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang