Suara pertemuan high heels dengan lantai tenggelam karena suara riuh yang diciptakan oleh orang-orang disana. Dengan yakin, ia berlari menuju luar gedung setelah berpamitan dengan dua lelaki yang begitu disayanginya di dunia ini. Matanya berbinar menangkap siluet orang yang begitu ia harapkan. Tak peduli dengan banyaknya tangga menuju halaman gedung, dan tak peduli dengan tinggi serta runcingnya high heels yang ia kenakan, dengan mantap, ia berlari menerjang orang yang ia damba. Tubuh molek itu segera menjatuhkan diri pada dada bidang lelaki berggigi kelinci yang tersenyum lebar dengan sebucket mawar merah di tangan.
"Happy Graduation, Jeon Yerim..."
"Kau terlambat. Aku tak suka," rajuk Yerim.
Yang disalahkan hanya tertawa begitu lebar membuat Yerim semakin mengerucutkan bibirnya.
"Cinta, aku minta maaf. Jimin salah membelikan tiket. Dia membelikan tiket untuk penerbangan besok, dan aku memintanya bagaimanapun caranya untuk mendapatkan tiket baru, jadi maaf karena sedikit terlambat."
"Kau terlambat banyak, Jungkook!"
"Jimmy," Jungkook memperingatkan.
Yerim mendelik jahil. "Kau Jimmy di mata orang, tapi Jungkook dimataku," Yerim mengecup pipi Jungkook. "Eh?"
"KEnapa?"
"Apa yang ku lakukan?"
"Kau menciumku. Lalu?"
"Aish! Ini hari kelulusanku. Seharusnya kau yang mencium istrimu ini! Sialan bibirku ini tak bisa dikendalikan!"
Jungkook tertawa begitu puas hingga memegangi perutnya karena sedikit sakit. Yerim sudah jauh lebih baik, dan kembali pada kepribadian awalnya. Jungkook bahagia. Mereka memang menikah sebelum Jungkook kembali ke New York untuk mengurus bisnis yang akan di kembangkan di salah satu negara di Asia Tenggara, Singapura. Jungkook sangat sibuk selama tiga bulan dan ia harus bolak-balik dari New York ke Singapura untuk memantapkan langkah bisnisnya.
Sengaja, sebelum melakukan perjalanan bisnis, mereka menikah atas permintaaan Jeongsan karena ia khawatir Yerim akan lepas dari Jungkook. Dan ide konyol Jeongsan itu disanggupi oleh Yerim. Jeongsan yang berniat bercanda malah menjadi jembatan yang menghantarkan adiknya memperistri sulung dari keluarga Kim.
"Sudah puas mentertawakanku?" Yerim bersedekap dengan wajah kesalnya.
"Maaf. Ini bunga untukmu."
Yerim menerima bunga itu lalu melengang pergi meninggalkan Jungkook.
.
"Jungkook," panggil Yerim yang tengah menikmati pemandangan malam di balkon apartementnya.
"Hmmm?"
"Kau berat. Sana," Yerim menjauhkan tubuh Jungkook yang sudah sejak beberapa menit berlalu memeluk Yerim dari belakang.
"Kau masih marah?"
"Tidak. Tapi, bagaimana kabar Kei? Apa dia benar-benar tak muncul lagi?"
Jungkook berpindah tempat. Ia menggeser badannya untuk menghirup udara malam dan menyaksikan pemandangan malam yang terlihat lebih tenang dibandingkan sore. Yerim menatap suaminya yang terdiam. Apa Jungkook cemburu?
"Aku juga merindukannya. Sejak pertemuan kita di acara makan malam itu, Dia benar-benar pergi. Meninggalkan sebuah surat untukku. Dia bilang akan datang sesekali. Tapi, sampai sekarang aku tak pernah melihatnya. Bahkan aku sempat hampir satu jam berdiri didepan cermin untuk menanti kemunculannya. Tapi, nihil."
"Surat apa?"
Jungkook melirik Yerim. Ia tersenyum. "Surat itu berisi rahasia lelaki."
"Ish...," Yerim merasa kesal. Namun, rasa kesalnya menguap ketika Jungkook kembali merengkuh tubuhnya, mendaratkan kecupan-kecupan yang membuat Yerim merasa melayang menembus langit lapisan teratas. Tubuh Yerim bergetar ketika kecupan yang diberikan semakin intens. Dari leher jenjangnya, menuju bahu. Entah kapan tangan Jungkook sudah bergerak melepaskan kancing teratas blouse yang dikenakan dan merendahkan bagian bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 PSYCHO √
FanficHidup memang tak mudah. Ada tantangan dan ada ketakutan. Ada keberanian juga ada halangan. Semua terjadi begitu alami. Seorang lelaki yang tak mampu memahami dirinya dipaksa untuk menguatkan diri dan bersikap lebih berani untuk bertahan hidup. Sed...