9

3K 514 189
                                    

Mysterious People








Jungkook mulai tak teratur nafasnya. Seperti berusaha mengendalikan diri juga emosinya. Yerim menggelengkan kepala.

"Andwae.. kau tak apa.. jangan biarkan dia menang," Yerim menoleh kearah Jaemin yang sibuk menjambak Sejeong. "Jaemin, bawa dia pergi menjauh dari sini. Noona mohon."

"Wae, noona?"

Dirasakan kepalan tangan Jungkook mulai menguat. Buku-buku jari Jungkook memutih. "Lima belas menit lagi, kembalilah! Pergi sekarang!!!!"

Jaemin tak punya pilihan lain selain menarik rambut gadis itu untuk menjauh. Seojong menjerit meronta-ronta minta dilepaskan namun, Jaemin tak peduli.

"Jungkook. Kau Jungkook, kan?"

"Arrghh.. appo..," Jungkook menjambak rambutnya.

Yerim menggigiti kukunya. Ia bingung apa yang akan dilakukan. Hanya mengikuti insting, Yerim melepaskan tangan Jungkook secara paksa membuat beberapa helai rambut tercabut dari kulit kepala Jungkook. Yerim menangkupkan kedua tangan pada pipi Jungkook.

"Jebal. Jungkook. Kau, Jungkook. Jeon Jungkook. Ingat, kau bukan orang lain," Yerim memberi pengertian.

Jungkook merasa berat untuk menarik nafas. Tatapan matanya semakin menajam dengan ujung bibir yang sesekali tertarik karena tersenyum sinis. Reflek, Yerim menjatuhkan dirinya dipelukan Jungkook.

"Jangan, kau adalah Jeon Jungkook. Bukan orang lain. Aku takut jika kau menjadi orang lain. Jangan lakukan itu."

Tangan Jungkook terangkat memegang erat kedua lengan Yerim, berniat untuk melepaskan pelukan.

"Lepash...," bisik Jungkook.

Dengan keras kepalanya, Yerim menggelengkan kepala dan semakin mengeratkan pelukannya. "Aniya!!! Aku tak mau melepaskan jika kau bukan Jungkook!"

"Kim Yerim, lepas..."

"Tidak mau!"

"Lepas!!!"

"Tidak mau kalau kau bukan Jungkook!!!"

"Ini aku Jungkook!!"

"Ne?" Yerim segera melepaskan pelukannya. Ia menatap intens kedua mata Jungkook yang mulai nampak teduh seperti sosok Jungkook sebelumnya. Meski, mata itu berkaca-kaca, Yerim dengan mudah mengetahuinya. Untuk kali ini, ia berterimakasih pada ibunya karena menurunkan bakat itu. Bakat seorang psikiater secara alami.

Jungkook tiba-tiba beranjak pergi. Ia berjalan meninggalkan Yerim yang masih mencoba memahami Jungkook. Takut terjadi sesuatu, Yerim berdiri dan mengejar Jungkook.

"Kau mau kemana?" Yerim menarik tangan Jungkook membuatnya berbalik.

"Pergilah. Aku berbahaya."

"Ani, kau akan lebih mengkhawatirkan jika pergi sendiri."

Jungkook nampak kalut. Air mata yang sedari tadi ia tahan, nyaris pecah. Ia meletakkan dahinya pada bahu Yerim lalu menangis membuat Yerim hanya bisa berdiri kaku. Sesulit itukah hidup seorang Jeon Jungkook?

.

"Maaf, aku memalukan," ucap Jungkook.

Yerim tersenyum. "Tidak, kau tak memalukan. Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?"

13 PSYCHO √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang