I Will
●
●
●
●
●
Yerim meyakinkan dirinya untuk melangkah menuju sebuah gedung dimana, disana banyak sekali para mahasiswa yang tersenyum lebar bersama dengan kerabatnya. Dua bucket bunga, Yerim genggam begitu erat agar tak jatuh, langkah yang tegas, namun tetap waspada untuk menghindari beberapa orang yang hampir menubruknya, mengantarkan Yerim pada dua gadis yang didampingi orang tua mereka.
"Yerim!!!" Sooyoung, dengan tubuh tingginya menerjang dan memeluk Yerim begitu erat. Belum selesai Yerim merasakan hantaman tubuh tinggi Sooyoung, sekarang, ia harus merasakan beban berat karena Chaeyoung juga turut memeluknya.
"Hey... kalian berat...," keluh Yerim.
Tak peduli. Keinginan keduanya adalah memberikan kekuatan dan menyampaikan bahwa mereka bahagia.
"Happy graduation bestie-ku yang cantik-cantik," Yerim menyerahkan buket bunga untuk Sooyoung dan Chaeyoung.
Kedua sahabat Yerim menerima setengah hati. Ada rasa sakit ketika melihat Yerim tersenyum penuh ketulusan mengucapkan kata 'Happy Graduation' untuk mereka. Seharusnya mereka selesai bersama dan tukar kado, tukar bucket bunga, berfoto bersama, dan melanjutkan studi ke Paris bersama, seusai rencana awal mereka ketika menginjakkan kaki di kampus tercinta.
"Ey.. kenapa ada mendung di wajah kalian?"
Chaeyoung, sahabat Yerim yang tak secengeng Sooyoung, tak bisa menahan air matanya. Ia memeluk Yerim. "Gwenchana? Apa kau baik-baik saja?"
Yerim mengangguk.
"Menangislah kalau kau ingin menangis. kami juga akan menangis disini bersamamu..."
Yerim mengerti. Ia menggelengkan kepala. "Jangan bersedih. Ini hari bahagia kalian. Aku, baik-baik saja. Aku turut bangga, kalian bisa lulus tepat waktu dan melanjutkan studi di Paris. Tekuni studi kalian dan jadilah designer kelas dunia!"
Sooyoung menepuk bahu Yerim. "Kita harus mengadakan peragaan busana bersama. Kita harus mengadakan fashion show di berbagai negara."
"Hey, Aku akan berusaha lebih keras agar lebih cepat selesai. Berbagilah ilmu padaku, eoh? Jangan karena satu orang tertinggal, kalian membatalkan niat untuk lanjut. Semangat! Aku akan mengejar ketertinggalanku!"
Sekali lagi, mereka bertiga berpelukan. Sedih dirasa ketika Yerim harus menerima kenyataan jika kedua temannya selesai lebih dulu. Ia harus mengambil cuti setahun untuk pemulihan trauma. Meski efeknya belum hilang sepenuhnya, dan Yerim harus cuti setahun karena ia juga ingin suasana mereda. Belum pulih trauma yang didapat, para pemburu berita selalu mengarahkan kamera kearahnya untuk meminta keterangan perihal sang ibu. Apalagi, ketika namanya terseret menjadi korban pelecehan seksual oleh orang yang kini tinggal nama. Yerim benar-benar butuh ketenangan.
.
Usai berpisah dengan kedua temannya, Yerim berjalan menuju sebuah taman. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Ia iri? Tidak. Tapi kecewa? Bisa jadi. Kenapa ia harus terlambat menyelesaikan studinya? Kenapa ia semakin menambahkan kesan negatif bagi keluarganya karena tak lulus tepat waktu, padahal itu pilihannya sendiri.
Yerim berjengit kaget merasakan ada seseorang yang duduk disebelahnya. Ia menoleh, sontak, segera menggeser duduknya agar jarak yang tercipta lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 PSYCHO √
FanficHidup memang tak mudah. Ada tantangan dan ada ketakutan. Ada keberanian juga ada halangan. Semua terjadi begitu alami. Seorang lelaki yang tak mampu memahami dirinya dipaksa untuk menguatkan diri dan bersikap lebih berani untuk bertahan hidup. Sed...