8

3K 517 140
                                    

Warmth



"Menangislah, noona. Aku akan bersamamu," Jaemin yang tiba-tiba datang sudah memeluk Yerim dari belakang. Jadilah Yerim dipeluk oleh dua lelaki yang ia sayangi dari depan juga belakang. Ia tak mampu berkata-kata kecuali tangisan yang keluar. Wajahnya ditenggelamkan pada dada sang ayah dan membiarkannya menyalurkan kesedihan saat itu dengan menjadikan ayahnya sebagai sandaran.

.

Yerim menatap koper besar miliknya. Koper berwarna soft pink itu sudah siap untuk pergi bersama Yerim. Ia menghembuskan nafas yang terasa sesak, tak pernah ia sangka, hari yang ditakutinya tiba.

"Noona..."

Yerim menoleh. Ia tak menjawab. Hanya tatapan yang menyiratkan apa yang akan ia tanyakan.

"Tidurlah. Hari sudah mulai malam."

"Noona akan pergi malam ini juga? Noona akan kemana?"

"Aku akan ke rumah Chae. Kalau tidak, aku bisa pergi ke tempat Sooyoung untuk sementara. Jangan khawatir."

"Berjanjilah untuk mengabariku jika noona punya tempat tinggal baru."

Yerim mengangguk. Ia masih belum mengganti pakaiannya. Baju yang dibalut dengan jaket pemberian lelaki yang mengaku bernama Kei. Tidak, Yerim sedang tak ingin memikirkannya. Pikirannya kali ini penuh dengan permasalahan di rumah. Ia tak ingin membebani dengan pemikiran lain.

"Appa?"

Jaemin hanya mengendikkan bahu. "Aku rasa perang dunia ke sekian dimulai."

Huft....

Yerim kembali menghembuskan nafas yang terasa berat. Pasti orang tuanya bertengkar. Keharmonisan tak pernah lagi hinggap di keluarganya.

.

Berjalan menembus keheningan malam. Yerim berjalan dengan menarik dua buah koper yang berwarna sama, hanya sticker di koper itu yang berbeda.

"Menyebalkan Kim Yerim!" Yerim mulai menggerutu. "Cari pinjaman dan sewa apartement. Lalu, kau bisa memindahkan seluruh tas juga sepatu yang belum kau bawa sekarang!"

Yerim memang terlahir dari keluarga kaya. Uang selalu mengalir dari Myungsoo ke rekening miliknya. Namun, Yerim tak ingin mengandalkan apa yang diberi sang ayah. Ia menyimpan uang-uang itu di tabungan untuk modal pembuatan brand-nya sendiri nanti. Jika keadaan tak mendesak, Yerim tak akan mengambil tabungannya.

Sementara, untuk kehidupan sehari-hari, ia lebih memilih menawarkan jasa-nya mendesign pakaian pada boutique-boutique dan online shop. Sedikit demi sedikit penghasilan yang didapat bisa menghidupinya karena ia hanya butuh untuk kehidupan pribadi, namun sekarang, ia harus merogoh kantung begitu dalam untuk membayar sewa apartement.

"Apa aku ambil tabungan atau pinjam duo ceriwis itu?"

Yerim tiba-tiba merasa merinding ketika ia asyik dengan pikirannya. Dapat dirasakan, langkah kaki mengikuti dari jarak tertentu. Apa dia akan masuk ke kandang buaya setelah ia mendapat musibah masuk ke kandang singa?

Yerim mempercepat langkahnya. Ia tak ingin dihadang preman lagi. Sekali, ia ditolong, jika ada musibah yang kedua, kemungkinan kecil ia mendapat superhero seperti kejadian sebelumnya. Suara ban dari koper begitu berisik karena Yerim menarik kasar. Kesal, ia mencoba melihat siapa yang berani mengikutinya malam seperti ini.

13 PSYCHO √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang