12

3K 472 63
                                    


Another Him







Pagi hari dimulai dengan tatapan tajam dari Son Chaeyoung pada Kim Yerim, begitu juga dengan Park Sooyoung. Apa yang terjadi? Apa gadis cantik itu melakukan kesalahan? Nope. Dia rasa, dia tak melakukan kesalahan apapun. Perhatikan. A-pa-pun.

"What's wrong?" tanya Yerim karena temannya itu memperhatikan dirinya tanpa berkedip. "Oh, ayolah.. masih pagi dan kalian memandangiku seperti itu? Nanti kalian bisa terpesona dengan kecantikan yang diturunkan oleh Lady Diana..."

"Heol..."

"Omo..."

Meski sudah biasa mendengarkan kalimat narsis yang dilontarkan Yerim, tetap saja mereka memberikan tanggapan yang sama. Bukankah Kim Myungsoo adalah lelaki kalem, penyayang dan rendah hati? Begitu juga dengan Jung Soojung yang cool, terkesan jutek namun tak pernah mengakui dirinya cantik? Sisi narsistik seorang Kim Yerim ini apakah kelainan? Entahlah.

"Kim Yerim..."

Chaeyoung mulai memasang mimik yang begitu serius membuat Yerim menurunkan tangan kirinya yang digunakan memegangi cangkir berisi coklat panas. Ia memberhentikan kegiatan meniup minuman itu agar segera dingin demi memperhatikan apa yang akan Chaeyoung sampaikan.

"Apa kau sedang mengalami masalah?"

"Masalah?" Yerim mengerutkan kening, bola matanya melirik kesana kemari seperti sedang memikirkan jawaban dari soal matematika yang sulit. "Aku rasa tidak."

"Yerim... sampai kapan kau akan seperti ini? Maksudku, kau hanya berbagi kisah-kisah konyol tentang percintaanmu, tapi kau tak pernah mau bercerita pada kami tentang kesulitanmu yang benar-benar kesulitan," Chaeyoung nampak mulai kesal karena Yerim bukanlah orang yang benar-benar terbuka. Memang mereka sahabat Yerim, tapi mereka hanya tau apa yang terlihat dan apa yang diceritakan Yerim.

"Kalian kenapa? Apa kalian salah makan?"

"Maafkan kami lancang. Kau nampak sangat kelelahan dan ponselmu menyala tengah malam. Aku setengah sadar menjawab panggilan itu," Sooyoung mengakui hal yang telah ia lakukan semalam. "Orang dari seberang mengatakan hal-hal aneh. Aku pikir dia mabuk. Tapi, aku sadar jika kata demi kata yang dia ucapkan digunakan untuk menerormu. Aku mematikan panggilan itu dan membangunkan Chaeyoung. Tak berapa lama, panggilan itu kembali dan kami menjawabnya lagi. Dia benar-benar menerormu."

Yerim terdiam. Apa dia benar-benar diterror? Tidak, Yerim bukan orang munafik. Dia sedikit takut, tapi ketakutan bukanlah jalan keluar yang terbaik. Dia harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan ketakutannya. Dan sesungguhnya, ketakutan terbesar dalam diri Yerim adalah, ketika terror itu serius dan menyerang ayah maupun adiknya.

"Kau terdiam?" Chaeyoung menyadarkan Yerim dari lamunanya.

"Aku hanya berpikir. Kapan aku bisa benar-benar merasakan kebahagiaan tanpa kekhawatiran sedikitpun?"

Chaeyoung dan Sooyoung kompak beridri dari duduknya. Mereka berjalan kearah Yerim, memeluknya dengan erat.

"Aku bukan gadis pemberani, tapi, jangan ragu untuk bercerita dan menghubungiku kalau kau butuh sesuatu," ucap Sooyoung.

13 PSYCHO √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang