1

425 120 53
                                    

Aku Aluna Geitara, hanya bisa mendengar kerumunan suara yang menangis di luar sana.

Kenapa mata ini sulit sekali untuk terbuka? Rasanya aku ingin melihat apa yang terjadi di luar sana. Namun tak bisa, ku tetap mencoba untuk membuka mata ini, dan pada akhirnya aku melihat foto Kalva dimana-mana.

Sepertinya aku berada di kamar pemuda itu dan sekarang kenapa kepalaku terasa sangat pusing untuk mengingat apa yang telah terjadi.

Dimana kalva sekarang?

Dan bagaimana keadaannya setelah operasi tadi?

Tapi kenapa sekarang ia ada di kamar Kalva, bukan di rumah sakit? Bukannya tadi aku bersama dengan nya di rumah sakit menemaninya operasi?

Aku mencoba untuk bangkit berusaha menompang tubuh ku tapi rasanya sulit, kaki ini terasa begitu lemah untuk berdiri. Aku hanya bisa menunggu siapa yang nantinya bisa menolongku. Kalva? Kenapa aku tidak meminta tolong padanya? Siapa tau dia bisa mendengar dan membantu ku.

"Kalva! Kalvaaaaa!" suara ku semakin parau, kenapa ini? Aku tak bisa berteriak kencang.

Tiba- tiba ada seseorang yang membuka pintu kamar, DIA? Dia adalah Rangga, dan Gita sahabatku. Kenapa mereka memakai style serba hitam? Apa ini memang trend jaman sekarang? Rasanya tidak mungkin.

"Luna, lo udah bangun?" tanya Gita yang duduk di sampingku.

Aku mengangguk menandakan Iya. Walau kepala ku masih terasa pusing.

"Di luar ada apa Git? Ko rame banget, terus kenapa pada nangis diluar?" tanyaku dengan suara yang lemah.

Gita hanya terdiam dan menengok ke arah Rangga, seperti ada yang mereka tutupi dariku.

"Gita, Rangga jangan ada yang kalian sembunyi'in deh dari gue!" ujarku.

"Lun, lo ga inget sama sekali apa yang udah terjadi?" tanya Gita padaku.

Aku menggeleng, karna memang aku tak ingat apa-apa. Yang hanya ku ingat jika tadi aku berada di rumah sakit menemani Kalva operasi.

"Lun, Kalva udah meninggal," ucapan yang keluar dari mulut Gita serta tetesan air mata.

"Lo bohongkan Git? pasti lo bohong! Rangga, Kalva gak meninggalkan?" tanya ku memastikan.

"Bener Lun, Kalva udah meninggal," ujarnya.

Aku menangis histeris, Bagimana bisa orang sebaik Kalva pergi begitu cepat? Aku berusaha untuk melihat apa yang terjadi di luar sana, berharap Kalva tidak benar-benar meninggalkannya.

Kini yang ku lihat di depan sana ada orang yang berbaring lemah, dan semua orang memusatkan pandangannya pada orang itu.

Dan Tante Marisa terlihat begitu sedih berada di samping orang yang lemah tadi, Apa itu kalva? Tidak mungkin, Kalva sudah berjanji jika ia akan selalu ada di sampingnya.

"Kalva gak mungkin ingkar janji."

Aku mencoba untuk menghampiri orang yang berbaring dengan di tutupi oleh balutan kain putih, berharap dia bukan Kalva.

Aku membuka kain itu dan tubuh ini terasa gemetar, air mata ini seketika memyeruak hingga isak tangis ku pun pecah. Orang yang aku sayangi kini pergi meniggalkanku untuk selama- lamanya. Aku hanya bisa menangis melihat ini, berharap Kalva bisa bangun kembali, tapi rasanya tak mungkin.

Kalva di bawa kerumunan orang ke tempat pengistirahatannya yang terakhir, aku hanya menangis di sepanjang jalan bersama tante Marisa. Aku mencoba untuk mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi sehingga Kalva bisa seperti ini berbaring lemah tak bernyawa. Tapi, aku tak bisa mengingat itu, sepertinya otak ini kosong tak ada satu kejadian pun yang ku ingat.

Semua orang pun pergi, tinggal Aku, tante Marisa, Gita dan Rangga yang masih menatapi batu nisan Kalva, kami merasa tidak percaya jika hal ini terjadi padanya.

Gengs gimana sma ceritanya???
Jangan lupa vote and coment ya...

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang