13

150 60 9
                                    

Aku pun segera masuk ke rumah, Mamah, Papah dan Bang Satya sedang berada di ruang keluarga, mereka sedang memutar video kebersamaan keluarga tahun lalu.

"Hai sayang, sini!" ucap Mamah mengajakku duduk disampingnya,
Aku pun menurutinya dan duduk disamping Mamah.

"Pah, Mah, Bang Satya dapet salam dari Kevin!" ujarku.

"Wes, makin lama hubungan lo membaik ya dek?" ujar Bang Satya.

"Iya dong!"

"Sayang gimana soal cita-cita kamu? " tanya Mamah.

"Luna, juga bingung Mah, kasih pilihan dong!!" pinta ku meminta saran.

"Gimana kalo jadi dokter, atau jadi pengacara?" ujar Papah yang memberikan pilihan.

"Luna gak mau jadi pengacara Pah".

"Kenapa?? pengacara kan bagus buat kamu yang jago ngomong," ujar Papah mengenai ucapan ku

"Kata Bang Satya pengacara itu pengangguran banyak acara," alesanku karna Bang Satya pernah berbicara mengenai hal itu denganku

Seketika tawa Bang Satya pecah, sepertinya ia bahagia sekali jika aku berbicara itu.

"Aduh Luna, Bang Satya itu cuma bercanda sayang," ucap Mamah mengelus rambut ku.

"Lagian lo jadi adek bodoh banget si, udah mau kuliah masih ajah bisa gue bodohin!"ucap Bang Satya yang masih tertawa.

"Jadi lo cuma bercanda Bang?"

"Yaiyalah, lagi lo percaya ajah!"

Jadi selama ini Bang Satya menipu ku? akh, seharusnya aku tidak mendengarkan perkataannya Abang ku yang satu ini. Aku pun kesal dan mengelitikinya hingga ia minta ampun padaku.

"Ampun Lun, ampun!" ucapnya yang mulai lemas.

"Gak! Bang Satya keterlaluan ya? udah bohongin Luna!" ujar ku yang masih saja mengelitikinya.

"Yaudah iya,gua minta maaf Luna," ujar Bang Satya memohon.

Aku pun menghentikan itu, karena aku pun lelah mengelitikannya.

"Pah, Mah kalo Luna jadi dokter gimana?" tanyaku setelah menyelesaikan balas dendam ku pada Bang Satya.

"Kalo Papah si seterah kamu ajah Lun, yang penting itu kemauan kamu sendiri bukan karna paksaan," jelas Papah tentang hal itu.

"Kalo menurut Mamah gimana?" tanyaku, meminta pendapat dari Mamah

"Mamah si setuju sama Papah kalo itu kemauan kamu sendiri kami sebagai orang tua kamu cuma bisa membiyai kuliah kamu dan support kamu," ucap Mamah memeluk ku.

***

Pagi ini Kevin menjemputku sesuai janjianya semalam, aku pun segera turun dari kamar setelah mendengar suara klakson mobil miliknya terparkir di depan rumah ku.

"Vin, sebenarnya kamu mau ngajak aku kemana si?" tanyaku yang sekarang sudah berada satu mobil dengannya.

"Bentar lagi kamu juga tau Al, sabar ya!" ucapnya dengan lembut.

"Vin, sekarang aku udah tau loh nanti mau ngambil jurusan kuliah apa," ucapku dengan semangat.

"Emang kamu mau ngambil jurusan apa Al?"

"Kedokteran."

Tiba- tiba saja Kevin malah tertawa, membuat ku mendengus kesal.

"Emang kenapa si Vin kalo aku ngambil jurusan kedokteran?" ucap ku masih kesal.

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang