Sesampainya di depan rumah, aku melihat mobil jeep terparkir rapih.
"Mobil siapa itu? Apa mungkin itu mobil temennya Mamah atau Papah, siapa tau mereka ada kepentingan yang penting sehingga mereka harus menemuinya kesini. Tapi rasanya tidak mungkin."
Setelah ku lihat lagi, aku pun tau itu mobil Kevin, mau apa ia kesini?
Aku segera masuk ke rumah meninggalkan Bang Satya dengan barang belanjaan yang banyak di dalam mobil.
"Dek, mau kemana? Masa abang sendiri yang bawa belanjaan segini banyak!" teriak Bang Satya karna melihat aku langsung masuk ke dalam rumah.
"Jangan lemah deh Bang, badan gede juga!" ujarku meninggalkan nya.
Terlihat amat jelas jika pemuda yang sedang berbincang dengan Papah dan Mamah di ruang tamu adalah Kevin.
"Mau ngapain lo kesini?" tanyaku akan kedatangannya.
"Sayang, kamu gak boleh gitu dong. Dia kan yang udah nganterin kamu semalem," ujar Mamah membela Kevin.
Aku hanya memutar bola mata, malas rasanya melihat orang yang tak ingin aku temui.
"Oh iya. Luna kamu temenin Kevin ya ke rumah Tante Marisa!" ujar Papah menyuruhku.
"Harus Luna Pah? Gak Bang Satya aja?" ujarku malas menemani makhluk yanng satu ini.
"Yaiyadong, kan kamu yang paling deket sama Tante Marisa, udah gih sana!" perintah Papah menyuruhku pergi dengan Kevin.
Sekarang aku sudah berada di dalam mobil bersama Kevin, sebenarnya malas untuk berada di sampingnya. Kalo ini bukan di suruh papah dan mamahnya mana mau dia menemani Kevin saat ini.
"Al, lo udah gak kenapa-napa kan?" tanyanya memulai pembicaraan.
Aku diam, tak menjawabnya.
"Al, lo jangan gini kek, seenggaknya lo itu mantan gue. Lo pernah deket sama gue, jangan diemin gini lah!" ujarnya lagi.
Apa?
Mantan?
Aku tak salah dengar?
"Kalo gue salah, gue minta maaf Al soal gue mutusin lo tanpa alasan yang jelas, dan gue gak niat buat bikin lo sedih." jelasnya.
"Cukup! Jangan bahas itu lagi!" ujarku yang meneteskan air mata, aku tak ingin lagi mengingat saat-saat Kevin memutuskanku lalu pergi begitu saja.
"Al, lo mau tau apa alasannya gue mutusin lo dulu?" ujarnya memberhentikan mobilnya ke tepi jalan.
Aku tetap diam, tapi Kevin malah melanjutkan pembicaraannya sendiri.
"Waktu itu gue tau kalo gue mengidap penyakit ginjal, karena itu Al gue mutusin lo. Gue gak mau lo pacaran sama orang penyakitan kaya gue yang mungkin umurnya udah gak akan lama lagi. Makanya gue mutusin lo, berharap lo bisa bahagia sama Kalva. Karena setiap kali gue liat lo sama dia, lo selalu tersenyum Al. Dan gue yakin dia gak akan buat lo sedih."
Mendengar itu, air mataku bercucuran, sulit rasanya untukku menahan ini.
"Gue kira waktu itu, gue gak akan bisa ngeliat lo lagi, karena gak ada pendonor ginjal buat gue. Tapi setelah gue bangun, gue masih hidup Al. Keadaan membaik seperti dulu. Dan gue juga gak tau kalo yang ngedonorin ginjalnya itu Kalva. Makanya gue mau minta tolong sama lo buat nemenin gue ketemu Tante Marisa, dan apa bener kalo Kalva itu kakak kandung gue?"
Aku mengangguk sambil menangis, berusaha menyudahkan air mata ini, namun tak bisa.
"Nangis ajah Al, selama itu ngebuat lo lebih lega," ujarnya sambil melihatku.
Pria macam apa ini?
Iya malah menyuruh ku menangis
bukannya menenangkanku.Dasar Bodoh!
Setelah aku menyudahi drama tangis ku, Kevin pun melajukan mobilnya, tepat di depan rumah Kalva mobil ini berhenti.
Aku mengetuk pintu rumah Kalva, dan akhirnya tante Marisa membukanya.
"Tante apa kabar?" tanyaku memeluk Tante Marisa, karenaasetelah Kalva tiada aku tak pernah lagi berkunjung ke rumahnya.
"Tante Baik," tiba- tiba tante Marisa memeluk Kevin, setelah Kevin menghampiriku.
Tante Marisa memeluk Kevin dengan erat. Gadis paruh baya itu meneteskan air matanya, bahkan sesekali ia mengecup dahi pemuda yang kini ada dihadapannya. Dan baru kali ini aku melihat wajah Kevin menangis, sungguh lucu sekali seperti bayi beruang.
"Ini ada titipan dari Kalva sebelum dia melakukan operasi, " ujar Tante Marisa memberikan 2 surat, yang satu untukku dan yang satu untuk Kevin.
Kevin membaca surat itu lebih dulu, dan tiba- tiba ia menangis.
KEVIN POV
Siapa yang tidak menangis membaca surat dari kakak kandungnya yang telah terpisah lama, padahal ia selalu ada di dekatnya. Dan sekarang, ia harus tau jika kakaknya meninggal hanya karena untuk menolongnya.
Untuk Kevin adik gue,
Mungkin selama ini gue belum ngasih tau lo kalo kita saudaraan, gue minta maaf kalo gue sering adu bacot sama lo buat ngebela Luna. Itu karna gue gak mau lo jadi cowo yang keras sama dia.
Gue titip Luna, dia cewe yang baik. Gue seneng waktu denger lo jadian sama Luna waktu itu. Tapi gue sedih harus denger lo putus sama Luna sebulan yang lalu, gue tau alesan lo kenapa lo mutusin dia.
Sebagai kakak yang baik, gue rela buat ngedonorin sebelah ginjal gue buat lo,. karna gue yakin dengan ginjal itu lo bisa balikan lagi sama dia.
Jagain Luna, jangan pernah buat Luna nangis lagi karna lo, jangan bikin gue kecewa!
Ini kata- kata terakhir dari gue kalo misalnya gue gak bisa ketemu lo lagi.
Kenapa Kevin melihatku seperti itu setelah membaca surat dari
Kalva? tapi yasudahlah tak penting juga baginya.Aku pun membaca surat yang diberikan tante Marisa untuk ku.
To: Aluna,Si manja, si penakut, si tukang ngambek kalo gak diturutin permintaannya, jangan pernah berubah ya sampai kapan pun!!
Setelah kepergihan gue nanti, gue gak mau liat lo berubah sedikit pun dari lo Lun. Tetap jadi diri lo sendiri, jangan pernah buat diri lo tersakiti.
Lun, jangan pernah nyalahin Kevin atas kepergihan gue, dia gak tau apa- apa Lun. Gue rela ngasih separuh ginjal gue buat dia, karena gue gak bisa liat adik gue berbaring lemah dirumah sakit kaya gini terus.
Gue yakin dengan melakukan ini gue bisa buat dia hidup kaya dulu lagi, bisa jalan bareng sama lo.Seenggaknya kalo gue pergi, masih ada dia yang bisa nemenin lo. Inget jangan marah sama Kevin, gitu-gitu dia adik gue Lun. Be yourself."
Kalva,
Untuk kesekian kalinya aku menangis, aku masih tak menyangka jika Kalva pergi secepat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA
Teen FictionKau adalah bagian dari hidup ku, Bahkan sedikitpun Aku tak pernah menyangka jika musuh ku yang membuat sahabat ku tiada, dan telah merubah ku menjadi badgirl. Kini dialah yang menjadi pacar ku. Dan akankah dia tetap menjadi pacar ku? Walau segalanya...