28

199 11 21
                                    

Sudah beberapa bulan Kevin tidak menjenguk nya lagi, iya hanya mengabari lewat via telepon saja. Membuat ku semakin bingung untuk mengingat pria itu, apalagi jika pria itu tidak membantunya untuk mengingat-ingat kejadian masa lalu.

"Lun, Kevin ga kesini lagi si semenjak Lo usir!" ucap Bang Satya.

"Katanya lagi sibuk," ucap ku mulai terbiasa dengan makhluk yang satu ini.

"Jangan-jangan dia udah punya cewek lain, abis Lo lama si nginget dia itu siapa" ujarnya lagi.

"Hush! Satya kamu ga boleh bilang gitu" tegur Mamah yang sekarang duduk diantara kami, memberi jarak antara ku dan bang Satya, takut-takut otak ku terkontaminasi oleh nya.

"Mah, Luna boleh ga tinggal diluar negeri sebentar sambil lanjut kuliah disana?" Tanya ku berhasil membuat raut wajah wanita paruh baya itu memudar.

"Ko sampe keluar negeri, kenapa kamu ga lanjutin kuliah kamu disini aja?" Tanya Mamah.

"Luna capek Mah disini, Luna selalu tertekan buat inget semuanya. Biarin Luna istirahat sebentar ya Mah sambil Luna lanjutin kuliah" jelas ku hingga membuat wanita paruh baya itu menghela napas panjang.

"Yaudah kalo itu mau kamu, besok kita antar kamu ke bandara" ujarnya lagi membuat lesung pipi Luja mengembang, sudah lama iya tak melihat senyuman dari wajah anaknya itu.

Aku pun segera mempersiapkan segalanya, disaat aku membereskan baju-baju terlihat sebuah buku tebal yang menyita perhatiannya membuat iya membuka buku itu.

"Seperti menarik" gumam ku lalu menyimpan buku itu kembali didalam kopernya siapa tau buku itu bisa menghilangkan kegundahan nya nanti.

**

Pagi ini ia akan pergi ke negeri Paman Sam. Bahkan disini sudah ada Papah, Mamah, dan Bang Satya yang mengantarnya.

"Kamu hati-hati ya disana!" ucap Papah mengelus rambut ku.

"Kalo kamu kangen, kamu pulang aja ya ke Jakarta" ujar Mamah yang sedari tadi meneteskan air mata.

"Mah, Luna belum juga pergi. Mamah jangan nangis dong" ucapku

"Sayangnya gue udah selesai kuliah dek, kalo belum kan kita bisa sama-sama di Belanda" ujar Bang Satya memanyunkan bibirnya.

Meskipun aku belum sepenuhnya mengingat mereka, tapi aku yakin jika mereka keluarga ku. Sebab mereka selalu ada disamping bahkan disaat iya tak mengingat mereka, tapi mereka selalu berusaha untuk mengingatkan mereka.

Mamah yang sedari tadi memeluk dan menciumnya, membuatku merasa bersalah jika harus meninggalkan nya.

"Mah, pesawat aku udah mau take off" ucap ku

"Kamu hati-hati ya, nanti kalo udah sampai kamu telpon mah ya" ujar Mamah.

Aku pun memeluk mereka semua, dan pergi. Tapi,, aku mendengar seseorang memanggil namanya, membuat aku terhenti. Melihat pria itu berlari menghampirinya dan ternyata itu Kevin.

"Al, kenapa kamu pergi?" Tanyanya dengan napas terengah-engah.

"Beri aku waktu untuk bisa ingat kamu kembali."

"Aku akan kasih kamu berapa waktu yang kamu butuhin buat inget aku lagi, walaupun itu bertahun-tahun lamanya aku akan menunggu kamu Aluna Geitara, dan ini akan membantu kamu buat ingat semuanya," jelas Kevin memberikan sebuah kotak.

"Terimakasih, aku pergi," ucapku pergi meninggalkan mereka semua.

Mungkin ini sebuah akhir yang tak pernah dipikirkan oleh Kevin, gadis kesayangan pergi begitu saja. Dengan harapan waktu akan mengembalikan gadis itu kembali. Dan hingga kapan pun Kevin akan menunggu kedatangan Aluna kembali dalam hidupnya.









Sedih gak si?
Jadi ini akhir dari cerita Aluna, jangan sedih ya kawan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
Love you so much

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang