"Mah, Pah, Bang Satya! Luna masuk! Yeay!" teriak ku lari dari dalam kamar menuju ruang keluarga membuat mereka semua terkejut.
"Ada apa si Luna?" tanya Papah melihat tingkah ku.
"Luna ke terima Pah, Mah, Bang. Luna keterima di Universitas terbaik di indonesia," ujarku senang.
"Serius kamu?" tanya Mamah dengan bangga.
Aku pun mengangguk, seraya Papah dan Mamah memeluk ku. Sementara Bang Satya bertingkah masa bodo.
"Ih, Bang Satya masa ga ngucapin Luna selamat kek atau apa gitu," ujarku pada Bang Satya yang malah sibuk mengganti chanel TV.
"Yaelah gitu doang," ujar Bang Satya membuat ku menyubitnya.
Aku akui Bang Satya memang jauh lebih pintar dariku, buktinya ia keterima kuliah di Belanda dengan beasiswanya.
Aku pun menemui Gita, Rangga, dan Kevin karna memang sebelumnya kita berempat sudah ada janji untuk makan siang bersama.
"Al, gimana lo keterima?" tanya Gita padaku.
Aku pun mengangguk, menandakan IYA. Tiba- tiba seseorang merangkul ku dari belakang membuat ku terkejut.
Itu Kevin , kali ini aku tidak berangkat satu mobil dengannya karna kini Kevin sedang sibuk dengan pekerjaan kantornya.
"Kamu keterima Al?" tanya Kevin tak percaya jika pacarnya keterima di universitas terbaik.
"Iya Vin."
"Oh, iya kuliah lo gimana Vin? Kan sekarang lo sibuk sama kerjaan kantor lo?" tanya Rangga.
"Kayanya gue ngambil kuliah yang seminggu dua kali deh, biar bisa sambil kerja juga," jelasnya.
"Kalian udah pesen makanan?" tanya Kevin pada dua makhluk itu.
"Belom lah, kita kan nunggu lo!"sahut Gita
"Oke, sekarang kalian pesen ajah biar gua yang bayar!" ucapan Kevin membuat Gita dan Rangga senyum sumeringah.
Sementara Gita dan Rangga memesan, aku malah berbisik pada Kevin " Vin, kalo senin sampe jum'at kamu sibuk kerja, trus sabtu-minggunya kamu kuliah. Kita kapan jalannya Vin?" tanya ku padanya.
Kevin pun diam sesaat dan berbicara dengan ku "Meskipun nantinya kita gak sering jalan bareng, kan masih ada ini," ujar Kevin sambil memegang ponselnya.
"Tapi?"
"Aluna, kunci hubungan langgeng itu komunikasi dan komitmen, kamu percayakan sama aku?" Aku mengangguk, dan Kevin mengelus rambutku lembut.
Tiba- tiba seorang wanita menghampiri meja kami, ia menyapa Kevin dengan ramah. "Kevin!" sapanya.
"Risa, apakabar?" ujar Kevin tersenyum dan memeluk wanita itu.
"Gue baik Vin."
Aku, Gita dan Rangga hanya mempertontonkan kejadian yang berlangsung di depan kami.
Kevin, memeluk wanita itu?Aku tak menyangka jika Kevin melakukan hal itu didepan ku dengan wanita lain.
Melihat itu aku hanya diam, dan Gita berbisik pelan "Lun, dia Risa mantannya Kevin," mendengar itu membuatku menggigit bibir bawah ku.
Tak lama Kevin pun sadar bahwa di sini bukan hanya ada dirinya dan Risa, Kevin pun mengenalkan Risa padaku.
"Risa, kenalin ini Aluna pacar gue," ujar Kevin memperkenalkan ku pada wanita itu.
"Risa!" ujarnya mengulurkan tangan, dan aku pun menyapa uluran tangan itu dengan baik "Aluna," ujarku.
Risa hanya mampir sebentar, lalu pergi.
Risa, memang wanita yang cantik, dia terlihat lebih sempurna di bandingkan dengan ku. Patut saja jika Kevin pernah menjalin asmara dengannya. Tapi, sepertinya Kevin sudah mengenal Risa sangat dekat karna terlihat saat Kevin memeluk Risa, dan Risa pun menerima itu dengan sepenuh hatinya.
Apa aku cemburu?
Apa aku salah jika aku cemburu dengan hal itu, karna sekarang aku pacarnya Kevin.
Dan aku berhak tau siapa Risa sebenarnya, karna jika Risa hanya sekedar mantan Kevin tak mungkin menyambut Risa dengan senyuman dan pelukan.
Atau Kevin masih ada rasa dengan Risa?
Kini hanya itu yang ada di pikiran ku setelah pertemuan ku dengan Risa tadi siang.
Aku pun memilih untuk video call Kevin saat ini, untuk menanyakan kabarnya, tepatnya bukan hanya kabar tapi mengenai hubungannya dengan Risa.
"Hallo, sayang!" ujar Kevin lebih dulu, Aku tersenyum sepertinya Kini Kevin sedang sibuk.
"Aku ganggu ya Vin?" tanyaku karna terlihat dengan amat betul jika pria itu sedang sibuk berkutik dengan laptop yang ada di hadapannya, tapi ia tetap menyempatkan untuk mengangkat video call dari ku.
"Enggak ko, oh iya kamu tumben video call aku jam segini, kamu ga tidur Al?" ujar Kevin yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Aku ga bisa tidur Vin, aku boleh nanya sesuatu ga sama kamu?"
"Boleh, kamu mau nanya apa?" ujar Kevin yang sedang merapikan laptop dan berkasnya sepertinya tugasnya telah selesai.
"Aku mau tanya tentang Risa, apa bener Risa mantan kamu?" tanyaku ragu.
"Oh, jadi kamu ga bisa tidur karna kamu mikirin itu. Kamu cemburu Al?" ujar Kevin yang kini malah meledek ku.
Aku tetap diam tak berkata, membuat Kevin mengeluarkan gelak tawanya. Lama- lama aku bosan melihat Kevin tertawa ia masih saja menertawakan ku bukannya memberikan jawaban atas pertanyaan ku.
"Vin, kalo kamu ga mau jawab. Mending aku matiin ni!" ujar ku ketus.
"Jangan Al, jangan!"
Sekarang ia pun mulai memfokuskan pandangannya padaku, "Iya Risa itu mantan aku, tapi dia cuma mantan biasa ko Al, serius. Dan aku udah ga ada perasaan lagi sama dia," jelas Kevin.
"Vin, aku ngantuk," ujarku sambil menguap.
"Yaudah, kamu tidur ya!"
Sambungan video call pun di akhiri, karena Aluna sudah merasa lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA
Ficção AdolescenteKau adalah bagian dari hidup ku, Bahkan sedikitpun Aku tak pernah menyangka jika musuh ku yang membuat sahabat ku tiada, dan telah merubah ku menjadi badgirl. Kini dialah yang menjadi pacar ku. Dan akankah dia tetap menjadi pacar ku? Walau segalanya...