Beberapa hari telah berlalu, aku pun melupakan kejadian itu dan malam ini aku hanya membaca buku pemberian Kevin di balkon kamar ditemani dengan bintang-bintang yang ada di langit.
Sudah beberapa hari aku membaca buku ini, tetap saja buku ini tak ada habisnya.
Kata Dilan Rindu itu berat biar aku saja.
Itulah tulisan yang ku baca kali ini, seketika saja membuat mata ini mengeluarkan air mata.
Apa kali aku Rindu dengan Kevin?
Membuat aku memikirkannya, apalagi sudah beberapa Minggu aku tidak berkomunikasi dengan Kevin.
Berarti apa yang dikatakan Dilan itu benar, jika Rindu itu berat bahkan aku tak bisa menahannya lebih lama sehingga air mata ini pun menunjukkan jika aku memang betul-betul Rindu dengan nya.
Aku Rindu kamu Vin,
Aku Rindu kamu Kevin Mahendra Putra,.
Air mata ini terisak membendung seketika.
Tak lama, ponsel ku berbunyi notif Videocall dari,
Orang yang sedang ku rindu kan,
Kevin.
Aku pun menepis air mata ini, berusaha untuk tidak terlihat menangis.
“Hai Vin!”
“Hai Al!”
Aku diam sesaat, menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan dan tersenyum
“Al, aku rindu,” ucapan itu, ucapan itu yang ku tunggu selama ini Kevin.
Melihat itu, Kevin terbingung karena tiba-tiba mata ku mengeluarkan air mata lagi.“Al, kamu kenapa?” tanyanya bingung.
Aku pun menghapus seberkas air mata ini, aku mencoba untuk bersikap baik-baik saja.
“Gapapa ko Vin, aku juga Rindu” ucap ku kembali tersenyum.
“Kamu ga mau cerita Al?” tanyanya lembut.
“Ga ada apa-apa Vin” ucapku
“Okey,,” ujarnya yang kini yang sepertinya sedang berjalan ke luar kamarnya.
“Vin, waktu itu kamu pernah jalan sama Risa? Tanpa kamu bilang dulu sama aku?” tanyaku
Kevin terdiam sesaat “Iya maaf Al, tapi waktu itu aku cuma nganterin Risa buat nyari baju Al, karena dia yang nyamperin ke kantor aku duluan” jelas Kevin.
“Ohhh,”
Pembicaraan kami pun terhenti, karena Mamah menyuruh ku untuk tidur karena hari mulai larut malam.
***
Pagi ini aku tidak ada tugas kampus karena semuanya telah diselesaikan kemarin, jadi sekarang aku hanya berdiam diri di taman menunggu 2 makhluk itu datang.
Tapi hingga saat ini mereka berdua tidak terlihat batang hidungnya, membuat ku kesal saja.
“Luna!" suara Butet yang melengking ditelinga ku .
“Lama banget si Tet,” aku mendengus kesal.
“Sorry tadi aku dipanggil Dosen dulu Luna” alasannya.
“Terus Miko mana?” tanyaku karena tumben Butet tidak bareng dengan Miko, biasanya mereka berdua terus seperti upil dan ipil.
Eh, Upin dan Ipin maksudnya.
“Katanya kita suruh duluan Lun, nanti dia nyusul soalnya macet,” ujarnya
“Kau bawa mobilkan?” tambah nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA
أدب المراهقينKau adalah bagian dari hidup ku, Bahkan sedikitpun Aku tak pernah menyangka jika musuh ku yang membuat sahabat ku tiada, dan telah merubah ku menjadi badgirl. Kini dialah yang menjadi pacar ku. Dan akankah dia tetap menjadi pacar ku? Walau segalanya...