3

292 110 41
                                    

Jam istirahat berbunyi, aku memilih untuk ke rooftop ,karena sepertinya di sana sepi.

Semua orang sibuk di kantin memperebutkan makan siangnya, kecuali aku yang memilih sendiri di sini sambil menghisap puntung rokok yang ku pegang.

Entah sejak kapan aku menjadi cewek yang suka menghisap barang tak berguna ini, aku pun tak tau.
Tapi rasanya, aku merasa lebih lega jika menghisap barang ini.

Apalagi setelah Kalva tiada, tak ada satu pun orang yang memperhatikannya lagi. Kalva sudah tiada, papah dan mamah selalu sibuk dengan pekerjaannya dan Bang Satya sibuk dengan bidang studinya di Belanda. Sungguh miris hidupnya kali ini.

"Lo ngerokok Al?" suara itu mengiterupsi ku, dia memanggilku dengan sebutan Al? Itu panggilan sayang Kevin padaku dulu, bahkan orang bodoh itu melarang kepala sekolah dengan sebutan itu juga. Dasar pria egois!

Aku menoleh ke arah datangnya suara, dan benar saja. Dia adalah manusia yang sedang tak ingin ku temui saat ini.

"Kenapa? Masalah buat lo?" tanyaku yang tetap memegang puntung rokok ini.

"Sini, buat apa si lo ngisap ginian? Lo berubah Al!" ujar Kevin mengambil rokok yang ku pegang dan membuangnya jauh-jauh.

"Gue berubah itu karna lo! Puas lo udah mutusin gue, puas lo udah ngambil Kalva dari gue!" ujar ku mendorong tubuh Kevin menjauh.

"Gue ga bermaksud buat giniin lo Al, masalah gue mutusin lo, karna gue gak mau nyakitin lo lagi. Dan masalah Kalva gue gak tau kalo dia yang ngedonorin ginjalnya." jelas Kevin.

"Lo jahat Vin, lo jahat!" ujar Aluna yang mulai menangis terisak.


Kevin POV

Kevin merasa bersalah atas apa yang ia lakukan pada Aluna, tapi ia tidak mengharapkan ini semua terjadi.

Kevin mencoba untuk menenangkan Aluna yang menangis dengan memeluknya.

Memeluk?

Aluna sama sekali bukan cewek biasa, dulu saat mereka berpacaran saja, Aluna tak pernah mau jika ia peluk. Tapi tidak salahkan jika ia mencobanya lagi?

"Jangan peluk! Gue gak butuh di kasihanin sama orang kaya lo!" berontak Aluna lalu pergi.

"Gue gak nyangka lo berubah sedrastis ini Al! Gue kira dengan kita putus, lo akan lebih bahagia sama Kalva, karna gue liat lo selalu seneng di samping dia. Tapi kenapa Kalva meninggal lebih dulu dari pada gue? seharusnya gue yang meninggal saat itu. Gue harus cari tau kenapa Kalva donorin satu ginjalnya? Dan kayanya lo tau semua pertanyaan ini Al mengenai Kalva." pikir Kevin yang lalu mengejar Aluna pergi.

"Al, gue butuh ngomong sama lo!" ujar Kevin meraih tangan Aluna.

"Gue gak mau!" ujarnya mempercepat langkah kakinya.

Kevin rasa ia perlu memberika waktu pada Aluna agar gadis itu merasa lebih baik.

ALUNA POV

Sepertinya Kevin sudah tidak mengejarnya lagi, tiba- tiba.

Brukkk,.....

Aluna terjatuh setelah menabrak seseorang di depannya.

Aroma parfum lavender pun menyelusup ke dalam hidungku membuatku terbangun. Sepertinya kini ia berada di ruang UKS karna dimana-mana ada obat yang tertata rapih di dalam rak, dan Tiba- tiba ada seseorang yang datang dari balik pintu membuatku terkejut.

Kevin? Mau apa dia kesini? Apa dia sakit juga? Akh, tidak penting apa yang akan ia lakukan.

"Udah bangun?" ujarnya menghampiri ku.

Aku diam, tidak berbicara sedikit pun.

"Nih buat lo, gue tau lo belum makan kan?" ujarnya yang memberikan sekotak susu dan roti.

"Gausah, gue gak butuh!" ujarku berusaha turun dari ranjang UkS.

"Al, gua tau lo marah dan benci sama gue. Tapi lo jangan nyusain diri lo sendiri!" ujarnya lagi.

Aku tidak memperdulikan ucapan Kevin, aku tetap mencoba turun dari ranjang ini, dan.

Brukkkk!!!

Kevin menjulurkan tangannya untuk membantuku, mau tak mau aku harus meraihnya agar ia bisa membantu ku bangun dari posisi ini.

"Lo masih lemes, jangan nolak makan aja!" ujarnya memberikan roti dan susu itu lagi.

"Mau kemana?" tanyaku yang sepertinya ia akan meninggalkan ku.

"Kenapa takut di tinggal sendirian?" tanyanya

Aku hanya diam, dan memakan pemberian darinya.

Kevin?
Iya, aku pernah menjadi pacarnya sebulan silam. Aku juga pernah menganggapnya sebagai musuh ku waktu aku belum mengenalnya karena dia orang yang rese, nyebelin, suka mainin perasaan cewek. Tapi akhirnya, ia menakhlukan hati ku dulu, dan sekarang dia adalah musuh ku kembali. Setelah dia memutuskan ku tanpa alasan yang tidak masuk akal. Musuh akan menjadi musuh dan itu akan selama- lamanya dan gak akan pernah berubah.

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang