Cahaya matahari pun menyelusup masuk kedalam mataku, membuat aku terbangun.
Kepala ini sungguh terasa berat, apa ini efek semalam setelah meminum 6 gelas bir?Seketika pintu kamar terbuka, terdapat sosok pria yang masuk. Tapi pengheliatanku masih samar-samar sehingga aku tak tahu siapa itu.
"Lo udah bangun Lun?" tanya pria itu.
Aku mencoba untuk bisa melihat dengan jelas siapa pria itu? Dilihatnya lagi berusaha untuk mengenal pria itu.
"Bang Satya?" ujarku setelah penglihatan ku kembali normal.
Bang Satya hanya tersenyum, dan mengelus lembut rambutku "Lo kita tunggu di ruang keluarga!" ujarnya lalu pergi.
Aku hanya mengangguk, sejak kapan ia datang? Apa papah dan mamah sudah pulang juga? Bisa mati ia kali ini jika mereka datang sebelum dirinya pulang dari klub semalam dan mabuk?
"Oh tuhan, cobaan apa ini?" ringis ku.
Aku menarik nafas panjang, semoga papah dan mamah tak memarahiku.
"Sayang, sini duduk dekat mamah!" ujar Mamah dengan lembut.
"Nak, coba ceritain ke kita kenapa kamu bisa seperti ini!" ujar papa yang memulai pembicaraan ini lebih dulu.
Astaga, sepertinya mereka datang lebih dulu dibandingkan aku semalam. Mati saja Aku!
"Na, ayolah cerita ada apa si sama kamu?" ujar Papah lagi karna daritadi aku tetap terdiam.
"Kamu jangan kaya gini dong sayang, sampe kamu mabuk kaya semalam." Ujar Mamah
Damn!
Sepertinya mereka tahu.
Tiba-tiba aku meneteskan air mata, entahlah padahal aku tidak mengingkan mata ini menangis lagi karena sudah lelah untuk terisak sendiri.
Melihat aku seperti ini, Mamah memeluk ku.
"Aluna sedih Mah, Pah. Aluna kesepian, Mamah sama Papah sibuk kerja, Bang Satya sibuk kuliah dan Kalva ninggalin Aluna buat selama-lamanya. Sekarang Aluna sendirian. Aluna sendirian," isak tangis ku semakin menderu.
"Sayang, mamah janji. Mamah gak akan terlibat lagi sama urusan bisnis. Biar mamah selalu ada untuk putri kecil mamah," ucap mamah yang juga ikut menangis.
"Sekarangkan udah ada Papah, Mamah, sama bang Satya, jadi kamu udah gak sendirian lagi Luna" ujar Papah menenangiku.
"Oh iya, Mamah titip pesan buat Kevin bilangin makasih karena semalam dia udah mau nganter kamu pulang."
Aku hanya mengangguk, walau aku masih tak suka jika Kevin sudah menolongnya lagi.
Mamah pun menyuruhku untuk kembali ke kamar, beristirahat dan melupakan kejadian semalam yang sangat fatal.
"Dek, gue boleh masuk?" ujar Bang Satya yang mengetuk pintu kamar ku.
"Masuk aja Bang, gak di kunci!"
Bang Satya pun masuk dan mengambil kursi belajar ku duduk di samping ranjang. Sepertinya ia ingin mengintrogasi ku.
"Dek, ko lo bisa kaya gini sih?" tanya nya dengan tatapan serius.
"Gak tau, " ujarku yang malas dengan pertanyaan Bang Satya.
"Ko gitu si dek, kan gue penasaran. Oh iya rasanya minum bir 6 gelas sebanyak itu gimana si? Tanyanya lagi
"Tau dari mana lo, gue minum sebanyak itu?" tanya ku kenapa Bang Satya tau mengenai hal itu.
"Dari Kevin, lo masih pacaran kan sama dia? Soalnya pas dia bawa lo masuk dia keliatan cemas gitu," ujar Bang Satya yang masih mengintrogasi.
"Ga! Kita udah putus sebulan lalu!" ujar ku ketus.
"Jangan-jangan kejadian semalem ada sangkut pautnya ya? Sama lo yang diputusin Kevin?" Itu adalah pertanyaan yang paling malas ku dengar.
"Kalo enggak ataupun iya itu gak penting!"
"Cie, adek kesayangan gua putus cinta, hahaha! Karma si lo ngatain gua waktu gua di putusin sama Difa!" ujarnya tertawa puas dengan penuh kemenangan.
"Udahlah, bukannya ngehibur adeknya kek. Ini malah ngeledekin, dasar abang biadap!" ujarku lalu pergi meninggalkannya sendiri.
"Dek, tunggu lo belum jawab gimana rasanya minum 6 gelas bir?" teriaknya dari dalam kamar.
"Lo cobain ajah sendiri!" ujarku yang menghampiri Mamah di dapur .

KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA
Teen FictionKau adalah bagian dari hidup ku, Bahkan sedikitpun Aku tak pernah menyangka jika musuh ku yang membuat sahabat ku tiada, dan telah merubah ku menjadi badgirl. Kini dialah yang menjadi pacar ku. Dan akankah dia tetap menjadi pacar ku? Walau segalanya...