"Dek, nanti pulang sendiri ya!" ujar Bang Satya menuruni ku tepat di parkiran kampus.
"Lah, ko gitu si Bang?" Protes ku tak suka.
"Gua mau jemput Rina di bandara, soalnya nanti sore dia udah balik," ujar Bang Satya.
Mau tidak mau aku menerimanya, mentang-mentang mobil itu miliknya, sekarang aku harus mengalah.
Pertama kali aku menjejak kaki di kampus, Aku sudah berfikir akan kakak senior yang galak, dosen killer,dan hal macam-macam terlintas di otak.
Ini adalah universitas terbaik bahkan semua orang penjuru daerah menginginkan kuliah disini.
Aku pun menyelusuri lorong kampus mencari-cari dimana ruangan fakultas kedokteran, tiba- tiba seseorang penabrak ku.
"Sorry, soryy tak sengaja aku!" ujar wanita itu meminta maaf hingga membantu ku untuk berdiri.
"Gak apa."
Aku memandangi gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mungkin kesan pertama kali aku bertemu dengannya adalah aneh, karena gadis itu mengenakan pakaian yang tidak biasa dari kebanyakan mahasiswa baru .
"Kenalkan nama ku Arumi Manurung," ujarnya padaku.
"Aluna Geitara," sapaku padanya.
"Luna, kau masuk fakultas apa?" tanyanya padaku.
"Fakultas Kedokteran, kalau lo Arumi?"
"Janganlah kau panggil aku Arumi, panggil saja aku Butet!" ujarnya lagi membuat aku mengangguk paham.
"Oh oke!" sepertinya, Arumi adalah gadis keturunan batak hingga ia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan Butet.
"Aku masuk fakultas seni, makanya penampilan ku nyetrik seperti ini. Yasudah aku mau masuk dulu ya Luna, disebelah sana ruang fakultas ku. Sampai ketemu lagi!" teriaknya lari masuk ke ruangan itu.
Tak lama aku pun menemukan ruang fakultas ku, tak seperti yang ku bayangkan, karena hari pertama masuk kuliah sama saja saat pertama aku masuk SMA.
Setelah mengikuti mata kuliah ku yang petama, aku memutuskan untuk ke toilet sebentar dan berkeliling sejenak.
Kevin?
Nama itu tertera di layar ponselku, membuatku mengangkat panggilannya.
"Al, gimana hari pertama kamu masuk kuliah?" Kevin bertanya padaku.
"Biasa ajah si Vin, gak ada yang istimewa," ujarku, karena tak ada kejadian yang seru dari tadi.
"Emm, nanti aku jemput ya! "
"Yakin? Emang kamu gak lagi sibuk Vin?"
"Engga, kan semalem kerjaan aku udah selesai jadi sekarang kerjaan aku tinggal sedikit. Nanti aku jemput ya!"
"Oke, Vin."
Sehendaknya Aku kembali ke ruang fakultas, tapi Butet malah memanggil dan mengajak ku pergi makan siang bersamanya. Memang ini saatnya jam makan siang, tapi aku malas untuk makan di kantin.
"Luna ayolah, temani aku makan. Lapar sekali aku ini!" keluhnya, membuatku menuruti permintaannya.
Butet, bukan perempuan biasa. Dia makan di kantin dengan sebelah kakinya yang ia angkat ke atas bangku. Dia tidak memperdulikan hal itu, karena katanya dia nyaman dengan posisi itu.
"Hai, boleh gabung!!" ujar seorang pria padaku dan Butet.
"Boleh, duduk saja!" ujar Butet mempersilakan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA
Teen FictionKau adalah bagian dari hidup ku, Bahkan sedikitpun Aku tak pernah menyangka jika musuh ku yang membuat sahabat ku tiada, dan telah merubah ku menjadi badgirl. Kini dialah yang menjadi pacar ku. Dan akankah dia tetap menjadi pacar ku? Walau segalanya...