Aku mengeryitkan dahiku setelah mendengar teriakan Bang Satya yang begitu mengelegar masuk ke dalam kamar.
"Putri tidur bangun!" teriak nya menarik selimutku.
"Ah, jangan ganggu Luna Bang! 10 menit lagi ya!" ujar ku menarik kembali selimut itu.
"Mau 10 menit, 5 menit kek. Bangun! "
"Bang, sebentar lagi ya. Luna masih ngantuk!" ujar ku menutup telinga dengan bantal.
"Heh, putri tidur pacar lo udah nungguin tuh dari tadi!" ujar Bang Satya.
"Pacar?" Aku terlonjak kaget mendengar nya.
"Iya pacar lo, Kevin. Masa sama pacar sendiri lupa."
Aku menepuk dahi teringat ucapan Kevin kemarin.
"Yaudah Bang, bilangin 10 menit lagi Luna ke bawah," ujar ku lalu pergi ke kamar mandi."Iye."
Setelah selesai bersiap, aku pun turun ke bawah menghampiri Kevin yang telah duduk di ruang makan.
"Udah lama nunggu?" tanya ku pada Kevin yang berada disamping ku.
"Udah dari 1 jam yang lalu kali!" ujar Bang Satya yang malah nyerocos.
"Iih serius?"
"Lagi lo si Putri tidur di bangunin ga bangun- bangun!" ujar Bang Satya nyerocos lagi.
Mata ku langsung menajam ke arah Bang Satya, padahal aku bertanya pada Kevin bukan padanya.
"Yaudah, kalian sarapan dulu ya," ujar Mamah yang sudah menyiapkan sarapan.
Setelah sarapan aku dan Kevin pun berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
Saat di mobil, dari tadi Kevin hanya diam saja, apa dia marah karena telah menunggu lama?
"Vin, marah ya?" tanya ku menghadap pria berwajah sedu itu.
"Enggak," ujarnya datar tetap fokus pada jalan.
Aku akui memang, kadang sikap Kevin itu suka care, ngeselin, rese tapi kadang ia suka berubah jadi cowo dingin disaat dia lagi kesal. Yasudahlah aku bisa apa, jika ia marah padaku.
Sampai di parkiran sekolah, Kevin pun keluar dari mobilnya lebih dulu. Aku kira ia akan membuka kan pintu seperti cowok-cowok yang romantis, tapi nyatanya tidak.
Aku membuka pintu sendiri dan mengekorinya masuk menuju lingkungan sekolah.
Tiba-tiba langkahnya terhenti, sepertinya ia ingin menunggu ku agar aku bisa mengimbangi langkahnya.
Karena Kevin, memiliki tubuh yang besar membuat langkahnya terlalu besar bagiku, bahkan sekali ia melangkah saja aku harus dua kali melangkah untuk mengimbanginya.Sekarang aku tepat di sampingnya, kami berjalan beriringan dan Kevin pun mengambil tanganku, menyelusup di antara jari-jari tanganku.
Kami bergandengan menyelusuri lorong koridor, dengan di jadikan pusat perhatian bagi wanita-wanita yang suka di samping Kevin. Di jadikan pusat perhatian mereka membuatku menjadi tak percaya diri, seolah aku seorang maling yang mengambil tulang dari para anjing.
"Vin, cewek-cewek lo tuh pada ngeliatin!" ujar ku
"Cewek-cewek? Gue cuma punya satu cewe kali yaitu lo!" ujarnya santai.
Mendengar itu, Luna langsung skakmat. Rasanya pipiku memerah seperti kepiting rebus, berusaha agar Kevin tidak melihat ini, karna bisa gengsi ia jika Kevin tau.
"Terus, cewek-cewek yang suka ada di samping lo itu siapanya lo?" tanyaku lagi.
"Mereka bukan siap-siapa, mereka aja yang memperkenankan dirinya buat ngedeketin gue," ujarnya santai.
"Dimana-mana cewek kalo ngedeketin cowok itu pasti udah di kasih harapan yang lebih sama cowonya."
"Terus?"
"Ya lo udah ngasih harapan palsu ke mereka!"
"Biarin ajalah," ucap nya santai.
"Dasar cowo PHP!" ujarku lalu masuk ke dalam kelas.
"Nanti gue jemput!"teriaknya melangkah menyusuri koridor.
Sekarang aku harus fokus belajar karena beberapa minggu lagi aku menghadapi ujian nasional, tapi sampai sekarang aku masih saja bingung menentukan jurusan apa yang nantinya ku ambil, bahkan cita- cita saja tidak punya.
Setelah pulang sekolah Kevin pun menjemput ku sesuai dengan janjinya, dan disaat kami menuju parkiran langkah kami terhenti karena Gita dan Rangga menghampiri kami.
"Kalian udah balikan?" tanya Rangga
"Seperti yang lo liat," ujar Kevin menunjukkan tangannya yang menggenggam tangan ku.
Kevin memang suka pamer pada orang lain.
"Gua ikut seneng deh Lun, seenggaknya sekarang ada yang jagain lo lagi," ujar Gita tersenyum.
"Selamat ya Broo," ujar Rangga
"Gua sama Rangga duluan ya!" Pamit Gita pergi meninggalkan kami.
Aku dan Kevin pun masuk ke dalam mobil, entah sekarang apa yang akan kami lakukan.
"Kita mau kemana?" tanyaku
"Ke rumah gue, kan lo belum pernah gue ajak ke rumah," ujarnya melajukan mobilnya dengan cepat.
"Emang di rumah lo ada siapa aja Vin?"
"Ga ada siapa- siapa."
"Gue gak mau!" ujar ku memangku tangan.
"Bercanda, di sana ada Bi Santi ko asisten rumah tangga," ujarnya menarik hidung ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA
Teen FictionKau adalah bagian dari hidup ku, Bahkan sedikitpun Aku tak pernah menyangka jika musuh ku yang membuat sahabat ku tiada, dan telah merubah ku menjadi badgirl. Kini dialah yang menjadi pacar ku. Dan akankah dia tetap menjadi pacar ku? Walau segalanya...